Dari ayat tersebut, dapat dipahami maksudnya yaitu untuk senantiasa bersabar dan berlapang dada dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang ada terkait pekerjaan agar mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa dengan guru ikhlas dalam bekerja dapat menumbuhkan rasa kepuasan itu sendiri.
Kepuasan kerja dan ketidakpuasan guru bekerja dapat berdampak pada diri individu guru yang bersangkutan, maupun kepada organisasi dimana guru melakukan aktivitas dan tugasnya. Untuk mencapai kepuasan tersebut ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya. Menurut Robbins dan Judge beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja, yaitu meliputi pekerjaan itu sendiri (work itself), pengawasan (supervision), rekan kerja (co-worker), gaji (pay), dan promosi (promotions). Faktor penting yang mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Pada penjelasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku-perilaku kepala sekolah dalam memberikan pengaruh dapat menimbulkan persepsi yang pada akhirnya berdampak pada perilaku guru. Apabila perilaku-perilaku yang ditunjukan dipersepsi positif oleh guru, maka juga akan menimbulkan sikap positif pula pada organisasi. Demikian pula sebaliknya, jika perilaku yang ditunjukan dinilai negatif atau tidak sesuai dengan harapan-harapannya, maka akan menyebabkan munculnya sikap negatif dari guru.
kepemimpinan transformasional, dan kepemipinan visiner.
Secara umum gaya kepemipinan terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (task oriente), dan gaya orientasi pada anggota (employee oriented). Pada perkembangan selanjutnya seiring dengan perubahan sosial gaya kepemimpinan mengalami pengembangan yaitu gaya kepemimpinan transaksional, gayaDari ketiga gaya kepemimpinan tersebut, penulis ingin mengulaskan sekilas mengenai karakteristik kepemimpinan transformasional. Ketika ingin diterapkan kepemimpinan transformasional ini harus diperhatikan beberapa karakteristiknya yaitu
Idealized influence
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin transformasional harus kharisma yang mampu "menyihir" bawahan untuk bereaksi mengikuti pimppinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya.
Inspirational motivation