Mohon tunggu...
Muhammad Rivaldi
Muhammad Rivaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menumpang di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perilaku Organisasi: Emosi dan Suasana Hati

26 Mei 2023   20:42 Diperbarui: 1 Juni 2023   15:00 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Afeksi (affect) adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang meliputi emosi maupun susana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati (mood) adalah perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering mucul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus.

Afeksi juga didefinisikan sebagai kisaran luas dari perasaan yang dialami seseorang. Afeksi dapat dialami dalam bentuk emosi atau suasana hati. 

Afeksi :

  • Disebabkan oleh peristiwa spesifik 
  • Sangat singkat durasinya (detik atau menit)
  • Spesifik dan banyak (banyak emosi, spesifik seperti amarah, takut, kesedihan, kebahagiaan, jijik, terkejut)
  • Biasanya diikuti dengan ekspresi wajah yang jelas
  • Berorientasi pada tindakan

Suasana Hati (Mood) :

  • Penyebabnya sering kali umum dan tidak jelas
  • Bertahan lebih lama dari emosi (jam atau hari)
  • Lebih umum (dua dimensi utama-afeksi positif dan afeksi negatif yang dirangkai oleh emosi spesifik beragam.
  • Umumnya tidak diindikasikan oleh ekspresi yang jelas 
  • kognitif 

Faktor - faktor yang menyebabkan Emosi dan Suasana Hati 

  1. Stimulus Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti situasi sosial, lingkungan fisik, kejadian sehari-hari, atau peristiwa yang terjadi di sekitar seseorang dapat memicu perubahan emosi. Misalnya, konflik interpersonal, kehilangan, atau perubahan mendadak dalam lingkungan fisik dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati.

  2. Pikiran dan Interpretasi: Cara seseorang mempersepsikan dan menginterpretasikan situasi dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati mereka. Pikiran yang negatif, kecemasan, atau pola pikir yang bias dapat memicu emosi negatif atau suasana hati yang buruk. Sebaliknya, pemikiran positif dan interpretasi yang sehat dapat membantu meningkatkan suasana hati.

  3. Faktor Biologis: Faktor-faktor biologis, seperti perubahan hormonal, keturunan, kesehatan fisik, dan kondisi medis, dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati. Misalnya, fluktuasi hormon selama siklus menstruasi atau perubahan hormonal saat pubertas atau menopause dapat berkontribusi pada perubahan emosi.

  4. Kesehatan Mental: Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, atau gangguan suasana hati lainnya dapat menyebabkan perubahan emosi dan suasana hati yang signifikan. Ketidakseimbangan kimia di otak atau disfungsi neurotransmiter juga dapat mempengaruhi perubahan emosi.

  5. Faktor Psikologis dan Perilaku: Pola pikir, sikap, dan perilaku seseorang dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati mereka. Misalnya, merasa terisolasi, rendah diri, atau kurangnya dukungan sosial dapat mempengaruhi emosi. Selain itu, kebiasaan sehari-hari seperti pola tidur yang buruk, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, atau penyalahgunaan zat juga dapat berdampak pada emosi dan suasana hati.

  6. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan sosial, budaya, dan nilai-nilai budaya dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati seseorang. Norma sosial, tekanan dari lingkungan, atau ekspektasi budaya dapat memengaruhi cara individu merasakan dan mengekspresikan emosi.

Sumber Emosi & Mood :

  1. Pengaruh Biologis: Faktor biologis seperti genetika, struktur otak, dan kimiawi otak dapat mempengaruhi emosi dan mood seseorang. Misalnya, ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin dapat berkontribusi pada perubahan mood.

  2. Pengalaman dan Trauma: Pengalaman masa lalu dan trauma dapat mempengaruhi emosi dan mood seseorang. Trauma, kehilangan, atau pengalaman negatif lainnya dapat menyebabkan perubahan emosional dan mood yang signifikan.

  3. Lingkungan Sosial: Interaksi dengan orang lain, hubungan interpersonal, dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi emosi dan mood. Konteks sosial, dukungan sosial, dan interaksi sosial dapat memainkan peran penting dalam pengalaman emosional seseorang.

  4. Stres: Stres yang berkepanjangan atau berat dapat berdampak negatif pada emosi dan mood. Tekanan dari pekerjaan, hubungan, atau situasi kehidupan lainnya dapat menyebabkan perubahan emosional dan mood yang signifikan.

  5. Gaya Hidup: Gaya hidup sehat, termasuk tidur yang cukup, pola makan yang seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur, dapat berpengaruh positif pada emosi dan mood seseorang. Sebaliknya, gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang tidur, pola makan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi emosi dan mood negatif.

  6. Pengaruh Budaya: Nilai-nilai budaya, norma, dan harapan sosial dapat mempengaruhi cara individu merasakan dan mengekspresikan emosi. Budaya juga dapat mempengaruhi penilaian dan tindakan terkait dengan emosi dan mood.

Penting untuk diingat bahwa sumber-sumber ini dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Setiap individu memiliki kombinasi unik faktor-faktor ini yang mempengaruhi emosi dan mood mereka.

Pengaturan Emosi melalui kecerdasan emosional (EQ)

Kecerdasan Emosional (EQ) dalam perilaku organisasi mengacu pada kemampuan individu untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka sendiri dan emosi orang lain dalam konteks lingkungan kerja. Hal ini melibatkan penggunaan emosi dengan cerdas untuk meningkatkan hubungan, mengelola stres, mempengaruhi orang lain, dan membuat keputusan yang bijaksana.

Ada beberapa aspek penting dari kecerdasan emosional dalam perilaku organisasi:

  1. Kesadaran Emosional: Kesadaran emosional melibatkan kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi sendiri dan emosi orang lain. Ini mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi emosi, memahami penyebabnya, dan mengenali bagaimana emosi mempengaruhi pikiran dan tindakan individu.

  2. Pengaturan Emosi: Pengaturan emosi melibatkan kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengelola stres, mengatasi tantangan, dan tetap tenang dalam situasi yang menekan. Mereka juga dapat mengendalikan dan mengarahkan emosi mereka dengan baik, sehingga tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.

  3. Empati: Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Dalam konteks perilaku organisasi, empatis berarti dapat memahami dan merespons perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk membangun hubungan yang lebih baik, berkomunikasi secara efektif, dan bekerja sama dalam tim.

  4. Keterampilan Sosial: Keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi memiliki keterampilan dalam membangun hubungan kerja yang baik, mengelola konflik, mempengaruhi orang lain dengan efektif, dan bekerja dalam tim. Mereka juga cenderung memiliki kemampuan mendengarkan yang baik dan dapat beradaptasi dengan berbagai situasi sosial.

  5. Motivasi: Motivasi yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dalam perilaku organisasi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain. Individu dengan motivasi yang tinggi dapat mengatur tujuan yang menantang, tetap gigih dalam menghadapi hambatan, dan mendorong orang lain untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Mereka juga cenderung memiliki komitmen yang kuat terhadap pekerjaan dan organisasi.

Kecerdasan Emosional dalam perilaku organisasi memiliki manfaat yang signifikan, seperti peningkatan komunikasi, hubungan yang lebih baik, kepemimpinan yang efektif, produktivitas yang lebih tinggi, dan kepuasan kerja yang meningkat. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan emosional di tempat kerja dapat menjadi faktor kunci dalam menciptakan budaya kerja yang positif dan sukses.

Implementasi Perilaku Organisasi terhadap Emosi dan Suasana Hati

Implementasi perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana hati melibatkan langkah-langkah konkret untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, mempromosikan emosi positif, dan meningkatkan suasana hati karyawan. 

Ada beberapa langkah implementasi yang dapat diambil, diantaranya :

  1. Membangun Budaya Positif: Organisasi perlu membangun budaya kerja yang positif dengan fokus pada penghargaan, saling menghormati, dan kerjasama. Ini dapat dilakukan melalui komunikasi yang terbuka, pengakuan atas prestasi, dan penekanan pada nilai-nilai organisasi yang positif. Budaya yang mendukung emosi positif akan mempengaruhi suasana hati karyawan secara keseluruhan.

  2. Memfasilitasi Komunikasi Efektif: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam mengelola emosi dan menciptakan suasana hati yang positif. Organisasi harus memfasilitasi komunikasi terbuka dan jelas antara manajer dan karyawan, serta antar-rekan kerja. Ini melibatkan memberikan umpan balik konstruktif, mendengarkan dengan empati, dan mempromosikan dialog yang terbuka untuk mengatasi masalah dan konflik.

  3. Mengembangkan Keterampilan Emosional: Organisasi dapat menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan emosional kepada karyawan. Ini melibatkan pelatihan dalam pengenalan emosi, pengaturan emosi, empati, dan keterampilan sosial. Dengan mengembangkan kecerdasan emosional karyawan, mereka akan lebih mampu mengelola emosi mereka sendiri dan berinteraksi secara positif dengan orang lain.

  4. Menyediakan Dukungan dan Sumber Daya: Organisasi harus menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi karyawan untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Ini dapat meliputi program kesejahteraan karyawan, layanan konseling, atau akses ke sumber daya untuk manajemen stres dan keseimbangan kerja-hidup. Dukungan organisasi yang kuat dapat membantu karyawan mengatasi tantangan emosional dan meningkatkan suasana hati mereka.

  5. Melibatkan Karyawan dalam Pengambilan Keputusan: Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka dapat memberikan rasa memiliki dan meningkatkan kepuasan kerja. Keterlibatan ini dapat mencakup partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, memungkinkan umpan balik dan kontribusi ide, serta memberikan otonomi dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan motivasi, yang berdampak pada emosi dan suasana hati karyawan.

  6. Menjalankan Program Kesejahteraan dan Keseimbangan Kerja-Hidup: Organisasi dapat menjalankan program kesejahteraan karyawan yang melibatkan kegiatan fisik, olahraga, atau relaksasi. Selain itu, mempromosikan keseimbangan kerja-hidup dengan mengadopsi kebijakan fleksibilitas waktu, bekerja dari jarak jauh/Work From Home. 

Kelompok 3 :

  • Afifah Muthiah Siswanti
  • Marfin Aryanto Tamonob
  • Muhammad Rivaldi
  • Reza Fitriyansyah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun