Mohon tunggu...
Muhammad Rio Novanto
Muhammad Rio Novanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tugas tugas kuy...

scorpioo1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

How Social Media Control Us

19 Juli 2021   10:09 Diperbarui: 19 Juli 2021   10:39 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya Muhammad Rio Novanto, mahasiswa semester 4 dari Program Ilmu Komunikasi yang sekarang berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Di artikel kali ini saya akan menulis topik tentang cara sosial media mengontrol kehidupan manusia, yang menjadi tugas akhir dari mata kuliah saya yaitu mata kuliah Teknologi, Informasi, dan Komunikasi. 

1. Ide dan Pengetahuan berdasarkan film The Social Dilemma How Social Media Control Us? Frase tersebut dapat muncul di beberapa benak para pengguna sosial media. Sosial media dapat mengontrol kehidupan kita, dapat membawa kita ke dunia yang bahkan kita tidak sadar sudah terjebak jauh ke dalam. Setiap orang yang menggunakan sosial media secara tidak langsung mengizinkan hal tersebut mengontrol mereka, mengetahui apa yang dikerjakan oleh manusia, hingga dapat memprediksi hal-hal yang akan dilakukan oleh pengguna. 

Pada awal pengembangan sosial media, para pengembang hanya bertujuan untuk memberikan koneksi kepada banyak user agar bisa terhubung satu sama lain, memberi kabar, membagikan foto, dan membagikan tulisan agar dapat dibaca oleh teman terdekat. Hal ini menjadi tren baru dimulai pada tahun 2009 saat pengguna sosial media meningkat pesat. Peningkatan jumlah user pada sosial media juga disebabkan oleh faktor lainnya, yaitu saat sosial media dapat diakses melalui perangkat ponsel. User baru terus bermunculan dari berbagai belahan dunia, yang menyebabkan meledaknya pengguna sosial media terkhusus yang memiliki akses langsung melalui telepon genggam. 

Dengan peningkatan jumlah user yang meningkat tajam, membuat para developer tiap sosial media ingin terus meningkatkan kualitasnya dengan cara mereka masing-masing. Mereka selalu melihat cara pesaing meningkatkan kualitas sosial media tempat mereka bekerja, lalu mengembangkannya dengan cara yang berbeda. Akan tetapi, dengan pengembangan sosial media yang tidak terbatas, guna memaksimalkan jumlah user yang menggunakan sosial media tersebut, beberapa pertanyaan dapat muncul, seperti "Bagaimana cara sosial media mendapatkan keuntungan apabila user tidak perlu membayar saat menggunakan sosial media?" "If you're not paying the product, then you're the product"Pepatah tersebut mengatakan bahwa jika kamu tidak membayar suatu produk saat menggunakannya, bisa jadi kamu adalah produknya. 

Perusahaan sosial media membuat perhatian user terpaku pada layar, terpaku pada hal-hal yang ditampakkkan di sosial media, sehingga perhatian user kepada perusahaan mereka menjadi hal utama sumber finansial mereka. Mereka memberikan jaminan keberhasilan kepada perusahaan iklan yang ingin memasangkan produk mereka di perusahaan sosial media. Data jumlah pengguna, data jumlah waktu yang dihabiskan oleh user saat menggunakan sosial media, data pengguna yang membuka iklan saat suatu iklan muncul. Data-data pasti tersebut yang diperjualbelikan kepada perusahaan pengiklan, sehingga mereka dapat yakin untuk memasangkan produk mereka sebagai iklan di sosial media.

 Hal-hal yang dilakukan oleh user selamanya akan gratis sebelum perusahaan sosial media memutuskan untuk menggunakan subscription fee, namun hal itu tidak menjadi gratis untuk perusahaan karena mereka dibayar oleh perusahaan pengiklan. Perhatian yang kita torehkan kepada iklan yang muncul saat mengakses sosial media adalah produknya. User sosial media adalah produk di dalam industri ini. Akan tetapi Jaron Lanier, penulis Ten Argument for Deleting Your Social Media Accounts Right Now, memberikan pendapat yang lebih spesifik tentang hal ini. 

Lanier mengatakan bahwa, "It's the gradual, slight, imperceptible, change in your own behavior and perception that is the product" Perubahan kecil dan tidak terlihat yang mengubah perilaku dan persepsi dalam diri pengguna sosial media adalah produknya. Hal ini dapat diperjelas saat sosial media dapat menjadi sumber utama seseorang dalam mengakses berita. Persepsi pengguna dapat perlahan diubah sesuai dengan umpan balik yang terus dimunculkan oleh sosial media. 

Tampilan sosial media di berbagai user dapat berbeda, mengikuti hal-hal yang mereka sering akses. Sehingga, perubahan yang terjadi akibat penggunaan sosial media dapat menjadi produk yang diimpikan oleh perusahaan sosial media, dan menjadi sumber uang yang didapatkan dari perusahaan pengiklan. 

Pada awalnya, user hanya mengetahui fungsi dasar dari sosial media. Seperti Google berfungsi sebagai mesin pencarian hal-hal yang tidak diketahui pengguna, Facebook sebagai sosial media penghubung antar pengguna yang terpisah jarak, Twitter sebagai sosial media untuk memberikan pendapat tentang hal-hal yangdimengerti oleh user, dan sosial media lain yang memiliki fungsi dan fasilitas tersendiri. 

Akan tetapi, kemampuan sosial media lebih dari apa yang dibayangkan oleh tiap pengguna. Jeff Seibert, Former Executive dari Twitter mengatakan bahwa semua tindakan pengguna sosial media dipantau, direkam, dan dilacak dengan hati-hati. Seperti seberapa lama pengguna melihat sebuah foto yang biasa disebut dengan engagement time, melacak foto yang telah dilihat oleh pengguna, mengetahui mood pengguna, aktivitas user saat di malam hari, sosial media mengetahui semuanya. Sosial media mengetahui aktivitas pengguna lebih dari apa yang pengguna tersebut bayangkan. Itu tidak berlebihan apabila seseorang dapat berkata "Sosial media lebih tahu aku dibandingkan diriku sendiri". Sosial media dapat mengubah data tersebut menjadi model yang dapat memprediksi aktivitas pengguna ke depannya. 

Hal ini dapat diimplementasikan melalui tombol Recommended for You yang sering muncul di banyak sosial media. Perusahaan mengambil data dari pengguna, kemudian memprediksi banyak hal yang akan pengguna sukai apabila menampilkannya secara langsung di laman tersebut. Jenis video, emosi, dan hal-hal yang akan dilakukan setelahnya, sistem dapat memprediksi secara cepat dan akurat, sehingga mengontrol emosi dari masing-masing pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun