Surat kecil dariku, untukmu bung Karno..
Selamat pagi, bung
Bangunlah dari tidur panjangmu
Telah kuseduh secangkir kopi hasil panen rakyatmu
Yang tirtanya disuling dari tangis kaum papa
Taklupa juga sepiring roti dari tangan seorang janda
Yang remahnya ialah doa atas ketindasan yang taksudah
Bangunlah, bung
Sejenak kita buka diskusi
Tentang hukum yang mati suri
Tentang arti lambang garuda
Tentang bhinneka tunggal ika
pun, tentang pancasila yang dikebiri
Bangunlah..
Sekiranya engkau berkenan
Tengoklah ikrar yang tertuang dalam pancasila
Bukankah itu ideologi bangsa ini?
Yang tercipta saat kau dihempas jauh, ke tanah Ende
Lantas? mengapa ia tak lagi sakti,
Hilang makna, juga mati ditikam pemuda sendiri
Sungguh..
Aku muak, bung
Melihat pikiran-pikiran dinamis dan hukum yang mati suri
Pandanglah tua di barat Batavia,
Wajahmu yang kusut pada gerbang kemerdekaan
Diagungi politisi, birokrasi, dengan slogan NKRI harga mati
Tetapi, mereka memakan kaum sendiri
Sedangkan di timur manokwari dan central khatulistiwa
Mereka menanam dusta dengan citra diri
lantang, suara yang penuh api
Tapi lupa pada nilai-nilai pancasila
Ayolah bung, hari semakin terik
sedang jiwa mudamu
Disana, berdiri di garis juang
Tak kasihankah kau dengan darah dan nyawa
Yang berserak di tangan pertiwi demi memahkotai proklamasi?
Mereka menunggu hadirmu,
Refleksi dan aktualisasi dari spirit pancasila yang menyatukan nafas mereka
Pertahankan tiang negeri!!
Agar pancasila tak mati ditikam negeri sendiri
Bekasi,14 Agustus 2022
By : Muhammad Rifqy Nur Fauzan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H