Mohon tunggu...
Muhammad Rifqy Nur Fauzan
Muhammad Rifqy Nur Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya biasa dipanggil Rifqy yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Indraprasta PGRI. Selain kuliah saya berprofesi sebagai driver online.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Risalah Hari Raya Idul Adha

17 Juni 2024   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Qurban merupakan kata serapan dari bahasa Arab Qurban (Qurb) yang berarti itsar, atau pengorbanan. Kata qurban berasal dari kata qurb yang artinya dekat. Dalam kaitannya dengan Idul Adha, qurban merupakan pengorbanan yang mendekatkan diri kepada Tuhan yang bersifat transendental.

Artinya persekongkolan jahat dan perbuatan jahat bahu-membahu dalam keburukan, berapapun besarnya pengorbanan yang dilakukan. Pengorbanan (Qurb) merupakan kemesraan yang tak berbuah kedekatan adalah suatu kerugian. Hari Raya Kurban sungguh indah sekaligus megah.

Pengorbanan adalah keagungan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan adalah keindahan. Dengan kata lain, jika ingin menikmati indahnya kedekatan tidak boleh menghindari keagungan jalan pengorbanan. Bukankah rambut hitam seorang wanita menyembunyikan putih pada wajahnya? Oleh karena itu, dibalik keagungan ada keindahan, dan dibalik gelapnya malam ada terang fajar. Sebagaimana Tuhan berfirman dalam Al-Qur'an :

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

(Q.S. Al-Insyirah 5-6)

Idul Adha adalah hari raya qurban. Pengorbanan yang patut dirayakan adalah pengorbanan transenden, pengorbanan yang mendekatkan kita. Artinya bodoh untuk meratapi pengorbanan tanpa kedekatan. Dalam hal ini, pengorbanan mempunyai konotasi negatif. Pengorbanan berarti mengurangi sesuatu. Ringkasnya, Idul Adha adalah perayaan berkurangnya bahkan kehilangan apa yang dimiliki. Tentu saja ini berarti menurunkan berat badan dan menambah berat badan. Ibarat logika zakat dan sedekah, berkurang tapi bertambah. Sebaliknya logika riba bertambah namun berkurang. Sebagaimana Tuhan berfirman dalam Al-Qur'an :

يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّا رٍ اَثِيْمٍ

 (QS. Al-Baqarah 2: ayat 276).

 

Secara lahiriah, riba adalah bertambahnya jumlah kekayaan materi. Namun dari sudut pandang makna, riba merupakan degradasi taraf eksistensi manusia. Sedekah juga mengurangi kekayaan anda secara lahiriah. Tetapi itu akan meningkatkan level jiwamu dengan cara yang berarti. Jangan berharap sumbangan Anda akan menambah kekayaan Anda. Itu mungkin, tapi belum pasti. Jangan tertipu oleh dealer berjubah yang berjanji bahwa jika Anda menyumbangkan sepeda Anda untuk amal, Anda akan mendapatkan mobil sebagai imbalannya. Sekali lagi, logika sedekah adalah mereduksi benda-benda materi guna menaikkan tingkat eksistensial ke tingkat terdekat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun