Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Saifudin
Muhammad Rifqi Saifudin Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger dan Pelayan Masyarakat

Menjalani hidup ditemani angka di suatu tempat dengan sesuatu yang bernama keuangan. Menghabiskan sisa hari dengan membaca buku, menulis isi hati, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penolakan adalah Pelajaran

8 Januari 2024   19:44 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:47 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan yang sehat, kesehatan yang terjaga, arus Keuangan lancar, dan karir yang stabil ke atas adalah Impian banyak orang. Pastinya manusia ingin punya hidup seperti itu dengan kehidupan yang lurus-lurus saja. Nyatanya roda kehidupan berputar, kadang ada masanya kita di atas, tapi di waktu yang lain kita ada di bawah.

Masa saat di puncak semuanya terasa lancar, kehidupan berjalan dengan Bahagia dan semua yang diinginkan bisa terlaksana. Adakalanya malah terjadi sebaliknya, hidup seakan tidak berpihak pada kita. Penolakan terjadi di beragam aspek kehidupan. Aku pernah mengalami.

Instansiku bekerja mempunyai portal yang dapat digunakan oleh pegawainya untuk menuangkan tulisan. Tidak semua tulisan pegawai dapat diterbitkan karena portal ini langsung terhubung ke situs utama instansi, jadi tulisan yang disetujui akan tayang pada situs tersebut dan dapat dibaca oleh seluruh warganet. Ada tanggungjawab untuk meluluskan tulisan-tulisan yang sesuai dengan citra instansi.

Sebagai seorang yang mengaku penulis, aku ingin membuktikan diri bahwa aku layak dan pantas untuk menjadi kontributor aktif disini. Kala itu adalah tahun keduanya menjadi pegawai pada instansi ini sehingga hal ini merupakan hal baru. Pada tahun pertama, satu tulisanku berhasil tembus di akhir tahun. Kala itu 2022, aku bertekad di 2023 akan tembus paling tidak satu tulisan tiap bulan. Nyatanya?

Artikel pertamaku baru terbit di bulan April dan selama tahun 2023 hanya bisa menerbitkan 5 artikel. Padahal aku menulis hampir setiap hari. Ada banyak sekali tulisanku yang ditolak. Padahal aku sudah menulis sejak SMP dan bersama tulisanku layak untuk diterbitkan. Kenapa banyak yang ditolak?

Di pertengahan tahun sempat malas untuk menulis lagi karena terlalu banyak tulisan yang ditolak. Ada saat-saat aku bertanya apa yang salah dari tulisanku? Kenapa aku ditolak? Apalagi penolakan tidak disertai dengan alasan dan perbaikan. Tulisanku dibiarkan begitu saja. Dan ternyata,

Instansiku memberikan apresiasi berupa pelatihan kepenulisan bagi pegawai yang memiliki kontribusi di situs tersebut. Tahun 2022 tidak sempat ikut karena baru berhasil tembus di akhir tahun, pada tahun 2023 aku berhasil menjadi salah satu peserta. Semangatku bangkit lagi, aku merasa 5 artikel awalnya cukup banyak dan kuberharap jadi salah satu penerima penghargaan artikel terbanyak. Nyatanya tidak.

Sempat sedih saat tahu hal tersebut dan sadar bahwa masih banyak penulis yang ternyata jauh lebih mumpuni. Apalagi saat ikut kelas kepenulisan, banyak hal yang belum kusadari. Tapi setelah dipikir-pikir lagi penolakan adalah cara Tuhan untuk menyadarkan kita.

Sebelum acara ini aku merasa tulisanku sangat bagus dan alasanku ikut acara ini adalah karena kualitas, ternyata semuanya karena kegigihanku tidak berhenti mengirim walaupun terus ditolak. Hal yang tidak kusadari. Penolakan yang ada dan car akita tidak menyerah dengan itu akan membawa hal baik.

Lalu penolakan ini juga menyadarkanku bahwa Tuhan punya caranya sendiri dalam mewujudkan harapan kita. Semuanya tidak berjalan mulus sesuai yang kita mau, tapi di akhirnya tetap keinginan kita akan tercapai.

Hidup memang tidak selalu mulus, namun Tuhan tidak akan memberikan hal buruk kepada hamba-Nya. Malah penolakan-penolakan yang kita terima adalah salah satu cara Tuhan untuk memberikan Pelajaran agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Penolakan yang ada merupakan salah satu ujian hidup yang membuat kita pada akhirnya bukan hanya mendapatkan yang diinginkan namun juga menjadi manusia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun