Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi Mulyanto
Muhammad Rifqi Mulyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kriminologi FISIP UI

saya memiliki kesukaan kepada olahraga dan suka terhadap berita tentang olahraga, hukum dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jawaban dari Toksikologi Forensik dalam Menjawab Penyebab Meninggalnya Korban dari Tragedi Kanjuruhan Malang

3 Januari 2023   21:08 Diperbarui: 3 Januari 2023   21:25 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ahli forensik (Kimia-Toksikologi) menggunakan pengetahuan mereka tentang ilmu kimia untuk menganalisis bukti seperti Racun kimia, serat, cat, bahan peledak, puing-puing hangus, obat-obatan, kaca, tanah, dokumen, tanda perkakas, dan senjata api.

  • Untuk tingkat yang lebih rendah, ahli kimia forensik juga menggunakan pengetahuan mereka untuk toksikologi (studi tentang racun dan efeknya), sidik jari, jejak alas kaki, jejak ban, dan analisis rambut.

  • Toksikologi Forensik juga menjelaskan bahwa paparan langsung dan tidak langsung dari zat kimia (zat beracun) tentunya akan berdampak cepat ketika paparan zat kimia tersebut secara langsung, yang dimana akan berefek kepada organ tubuh, yaitu paru-paru, ginjal, jantung yang akan merusak bagian tersebut karena zat kimia yang masuk ke dalam tubuh, terutama masuk melewati pernapasan. 

    Analisis Toksikologi Forensik Dengan Kasus Kanjuruhan Malang

    Melihat dari sisi Toksikologi Forensik yang sudah dijelaskan diatas, terlihat bahwa kasus Kanjuruhan Malang  memang berkaitan erat dengan Toksikologi dan dapat dianalisis menggunakan ilmu tersebut. Penembakan gas air mata yang dilakukan oleh pihak Kepolisian guna menetralisir kerusuhan yang terus terjadi di dalam stadion kanjuruhan menjadi cara atau bukti bagaimana cabang Ilmu Forensik, yaitu Toksikologi, menjawab kebenaran apa yang menjadi penyebab meninggalnya ratusan korban jiwa suporter Arema FC di dalam stadion kanjuruhan malang. 

    Shoim Hidayat, pakar Toksikologi Universitas Airlangga (Unair), menjelaskan bahwa tembakan gas air mata yang dilakukan oleh aparat Kepolisian memiliki dampak yang kuat sehingga mudah mengiritasi dan merangsang bagian mukosa atau selaput lendir organ tubuh manusia seperti mata, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Maulidini, 2022). Shoim juga menjelaskan bahwa gas air mata yang disasarkan kepada suporter arema yang berada di dalam stadion kanjuruhan menyebabkan komplikasi yang berdampak kepada beberapa hal,pertama dimulai dari tingkat konsentrasi dan yang kedua yaitu durasi paparan gas air mata.

    Suporter yang menerima konsentrasi yang lebih tinggi dan dengan paparan durasi yang lama dari gas air mata di ruang tertutup mengalami dampak yang lebih parah daripada suporter yang berada di tengah lapangan atau tempat terbuka. Selanjutnya,Efek yang akan dirasakan dari gas air mata akan hilang paling lama 1 jam, tetapi, dengan konsentrasi yang lebih parah dapat mengakibatkan kematian. Jika gas air mata mengenai kornea mata, dapat menimbulkan gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan kepada korban yang terpapar. Selain itu, jika paparan gas air mata merangsang kepada saluran pernapasan akan berdampak kepada rasa sesak dan penyempitan saluran pernapasan. Hal ini menyebabkan orang yang terpapar meninggal dunia, dimana kematiannya bukan langsung dari gas air mata, melainkan dari efek iritasi yang membuat radang hebat. Mungkin suporter yang berlarian kabur ke pintu 10 untuk keluar dari stadion mengalami hal tersebut karena tidak adanya udara yang terbuka dan berdesak-desakan satu sama lain yang memperparah kondisi pada saat itu. 

    Menurut keterangan dari PDFI (Perhimpunan Dokter Forensik) Jawa Timur menjelaskan bahwa tidak terdapat kandungan zat gas air mata pada korban meninggal kanjuruhan malang. PDFI menyebutkan bahwa penyebab kematian utama, yaitu patah tulang dan pendarahan berat. Dua jenazah yang diotopsi merupakan kakak beradik yang berinisial NDR (16) dan NDB (13). Dr Nabil selaku ketua dari PDFI menyebutkan bahwa NDR mendapatkan kekerasan benda tumpul yang membuat patahnya tulang iga 2, 3, 4, 5 dan ditemukannya pendarahan yang cukup banyak, sedangkan adiknya NDB mengalami patah di sebagian tulang iga di sebelah kanan (cnnindonesia.com, 2022). Pemeriksaan Toksikologi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Informasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa, dari sampel kedua korban tersebut, terlihat bahwa tidak ditemukan adanya zat beracun atau gas air mata yang ditembakkan oleh aparat Kepolisian. 

    Referensi

    Agustina, R. S. (2020). Buku Jago Sepak Bola. Ilmu Cemerlang Group

    CNN Indonesia. (2022, November 30). Hasil Autopsi 2 Korban Kanjuruhan: Tak Ada Kandungan Zat Gas Air Mata. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221130161326-12-880924/hasil-autopsi-2-korban-kanjuruhan-tak-ada-kandungan-zat-gas-air-mata

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun