Mohon tunggu...
Muhammad Rifqi
Muhammad Rifqi Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan siapa siapa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Perilaku Konsumtif Remaja terhadap Penggunaan Media Sosial di Era Globalisasi

19 Januari 2021   21:16 Diperbarui: 20 Januari 2021   11:19 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut dalam penelitiannya (Huda, 2019) menyatakan, produk atau barang yang dibeli oleh para remaja ini tidak sepenuhnya dibutuhkan. Banyak remaja yang hanya ingin mengikuti fashion dan trend, mempromosikannya di bawah pengaruh konvensi media dan tampil glamour. Terlihat bahwa produk atau fashion yang dikoleksi oleh para remaja tersebut bisa dikatakan ketinggalan zaman dan kekinian. Tidak jarang perubahan selalu terjadi, perubahan tersebut awalnya akan muncul pada saat anak muda mengkonsumsi produk atau komoditas, ketika teknologi toko online tersedia maka anak muda akan menjadi konsumtif dan menjadi gaya hidup mereka.

Menurut (Triyaningsih, 2011) Semua remaja sangat mementingkan dan menyambut baik pemasaran melalui pemasaran online. Tagging online merupakan salah satu media pemasaran online yang memiliki banyak keunggulan antara lain sederhana, praktis, cepat bahkan tanpa pembayaran. Tarasova (2015) dalam (Setia Wibowo, 2018) mengemukakan bahwa keunggulan spesifik toko online yang menggunakan media Instagram adalah pasar literasi teknologi. Salah satu kelebihan berjualan lewat Instagram adalah pengguna Instagram melek teknis. Artinya, mereka yang aktif di Instagram pastilah aktif pula di Facebook dan mungkin juga Twitter.

Solusi Untuk Mengurangi Perilaku Konsumtif

Financial literacy merupakan solusi untuk mengurangi perilaku konsumsi remaja. Financial literacy atau biasa kita sebut dengan literasi keuangan adalah kemampuan memproses informasi keuangan untuk mengambil keputusan dalam lingkungan keuangan pribadi. Imawati (2013) mengemukakan bahwa literasi keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumen. Semakin tinggi tingkat pengetahuan keuangan pribadi, semakin rendah perilaku konsumsinya. Individu dengan tingkat literasi keuangan yang rendah cenderung membuat keputusan yang tidak berguna dan menggunakan uang untuk tujuan yang tidak berguna. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan literasi keuangan.

Self-Monitoring atau pemantauan diri merupakan solusi selanjutnya untuk mengurangi perilaku konsumsi remaja. Pemantauan diri adalah kemampuan individu untuk mengatur dan mengubah perilaku mereka. Menurut penelitian Baron & Byrne (1994) dalam (Pramono & Wibowo, 2020), pemantauan diri merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan interpersonal yang baik. Remaja dengan tingkat kemampuan pemantauan diri yang tinggi juga memiliki perilaku pembelian impulsif yang lebih tinggi. 

Dengan mendukung pencapaian mereka melalui iklan TV dan media lainnya, mereka dengan mudah dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain. De Bono & Packer (dalam O'Cass, 2000) menunjukkan bahwa orang dengan kemampuan pemantauan diri yang lebih tinggi akan memiliki respons yang lebih kuat terhadap berbagai iklan; untuk remaja dengan kemampuan pemantauan diri yang lebih rendah, mereka tampaknya kurang tertarik untuk mengikuti atau meniru orang lain, dan menjadi layak bagi orang lain. Mereka lebih suka memakai pakaian yang sesuai dengan kepribadiannya. Mereka tidak tentang perubahan trend mode diluaran sana.

PENUTUP

Perilaku konsumsi merupakan sikap konsumsi yang berlebihan, karena bukan merupakan prioritas utama dalam hidup, tetapi hanya ingin memuaskan keinginan sendiri untuk membeli, sehingga pembelian menjadi semakin jarang digunakan. Lihatlah perilaku konsumen baik dari aspek internal maupun eksternal. Dari dalam, seseorang dapat memahami konsumsi sendiri melalui konsep diri, gaya hidup, keterampilan finansial, kepribadian, motivasi dan keyakinan agama. Amati dari luar lingkungan eksternal misalnya media sosial dan budaya.

Perilaku konsumsi ini terjadi pada remaja laki-laki dan perempuan. Karakteristik ini tampaknya membuat kaum muda lebih cenderung melakukan perilaku pembelian yang tidak efisien. Kecemburuan sosial terjadi ketika mereka melihat bahwa orang-orang disekitarnya memiliki daya beli yang lebih besar dan tidak dapat mengikuti gaya hidup tersebut karena faktor lain. Akhirnya orang dengan kecemburuan sosial tidak bisa mengikuti gaya hidup ini. Perilaku konsumen secara tidak langsung akan menimbulkan penyakit ekonomi, sosial, psikologis dan moral, karena akan berujung pada korupsi dan kriminalitas.

Menurut pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, akibat masifnya penggunaan media sosial di era globalisasi, banyak remaja tampak memiliki perilaku konsumtif. Hal ini terlihat pada banyaknya remaja yang membeli produk dan aksesoris fashion (seperti baju, tas, sendal, sepatu, dll) di toko-toko online. Mereka sering membeli produk fashion dan barang yang sama dengan teman, bahkan membandingkan barang mereka sendiri dengan barang milik teman untuk melihat siapa yang lebih modis. Banyaknya aktivitas pemasaran online di mana produsen menyediakan berbagai produk fashion kepada remaja turut mendorong perilaku konsumtif pada remaja.

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun