Mohon tunggu...
Muhammad Rifai Albana
Muhammad Rifai Albana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka bermain tebak-tebakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Krisis PT. Tupperware Dalam Menghadapi Penurunan Penjualan

12 Januari 2025   13:35 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama Penulis                : Muhammad Rifai Albana

Dosen Pengampu          : Saeful Mujab, S.Sos, M.I.Kom

ABSTRAK

Artikel ini memiliki tujuan untuk menganalisis dampak penurunan yang dihadapi oleh PT. Tupperware Indonesia, Penurunan ini menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan bisnis, hingga memicu isu kebangkrutan. Tentu krisis akan terjadi karena adanya masalah internal ataupun eksternal bagi sebuah perusahaan. Maka perusahaan perlu memiliki peran public relation untuk membantu dalam mengkomunikasikan dari internal perusahaan ke public ataupun sebaliknya untuk menjaga atau memperbaiki citra perusahaan dan membentuk opini publik yang positif, dengan hal tersebut sebuah krisis dapat menjadi sebuah hal yang positif atau negatif bertumpu dari public relation menghadapi dan menyikapi krisis. Arikel ini menggunakan metode dengan pendekatan kajian kepustakaan, di mana data diperoleh dari berbagai artikel, laporan, dan dokumen relevan. Hasil dari kajian ini Tupperware perlu menerapkan strategi komunikasi krisis yang efektif untuk menjaga citra merek, mengembalikan kepercayaan konsumen, dan menenangkan kekhawatiran para pemangku kepentingan (stakeholders).

PENDAHULUAN

Di Indonesia adanya perusahaan industri plastik yang dikenal dengan nama PT. Tupperware Indonesia. Tupperware merupakan merek peralatan rumah tangga yang saat ini sudah memiliki nama yang besar atau dikenal oleh Masyarakat. Dengan memiliki produk yang berbahan plastik, seperti wadah penyimpanan dan penyajian, serta memiliki produk seperti peralatan makanan dan minuman. Tupperware dikenal sejak tahun 1946, untuk menjaga kualitasnya, produk dari Tupperware tidak dijual di pasar umum, melainkan dijual melalui sistem penjualan langsung (Wulandari & Wartana, 2020)

Pada era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis yang semangkin ketat dalam memasarkan produk, tiap perusahaan dituntut agar melakukan inovasi guna produk yang mereka miliki dapat bertahan dalam persaingan dan mampu menarik para konsumen akan produk yang ditawarkan. dengan tingginya tingkat persaingan seperti saat ini, tentu perusahaan memerlukan perhatian terutama terhadap faktor-faktor seperti kualitas produk dan harga produk yang menentukan dalam mempengaruhi Keputusan pembelian.

Tentu semangkin banyak pesaing maka akan semangkin banyak pilihan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan harapannya. Tingkat persaingan yang tinggi saat ini membuat perusahaan harus memperhatikan kualitas produk dan harga produk agar bisa mempengaruhi keputusan pembelian dengan baik. Pilihan produk untuk pelanggan semakin bertambah, sehingga mereka dapat menemukan yang sesuai dengan keinginan mereka. Saat ini, banyak pilihan produk wadah makanan dan minuman dari plastik yang membuat konsumen harus memilih merek yang sesuai dengan kriteria mereka. Tupperware menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan merek lain dalam industri yang sama. Dalam menilai kepuasan pelanggan, mereka biasanya melihat keunggulan kualitas produk dan citra merek yang terkait (Ita Bella Anggina Nst, 2019)

Dalam beberapa tahun terakhir, Tupperware mengalami krisis penurunan signifikan dalam penjualan dan permintaan pasar, yang berujung pada pengumuman kebangkrutan pada tahun 2023. Menurut Barton (1993), sebuah krisis adalah kejadian besar yang tiba-tiba dan dapat berdampak buruk pada organisasi dan masyarakatnya. Peristiwa ini bisa sangat merugikan bagi organisasi, karyawan, produk dan jasa yang dihasilkan, keuangan, dan reputasi perusahaan. Hal ini tidak hanya berdampak pada keuangan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana perusahaan dapat bertahan dalam situasi perubahan yang cepat dan tantangan yang semakin kompleks. Supplier atau anggota dalam penjualan Tupperware juga mengalami penurunan penjualan (Purwaningwulan, 2013)

Dikutip dari Youtz Media krisis yang diamali oleh tupperware telah berlangsung sejak 2020, dengan itu perusahaan berjuan untuk tetap bersaing dipasar yang semangkin ketat akibat munculnya pesaing. Pada juni 2023, Tupperware menutup satu-satunya pabrik dan memecat hingga 150 karyawan. Selain itu, adanya pandemi covid-19 memperburuk keadaan karena pergeseran perilaku konsumen yang beralih ke produk yang lebih mudah diakses secara online. Meski dengan kemajuan e-commerce dan penjualan online, metode tersebut dinilai kurang efektif, sebab brand-brand penyimpan makanan yang lebih terjangkau dan modern juga mulai menguasi pasar, sehingga membuat tupperware kesulitan dalam menentukan pangsa pasarnya. (Zahra, 2024)

Krisis merupakan hal yang akan terjadi dalam sebuah perusahaan, akan tetapi perusahaan dapat mencegah hingga memperispkan dalam menghadapinya. Tentu krisis akan terjadi karena adanya masalah internal ataupun eksternal bagi sebuah perusahaan. Perusahaan perlu memiliki peran public relation untuk membantu dalam mengkomunikasikan dari internal perusahaan ke public ataupun sebaliknya untuk menjaga atau memperbaiki citra perusahaan dan membentuk opini publik yang positif, dengan hal tersebut sebuah krisis dapat menjadi sebuah hal yang positif atau negatif bertumpu dari public relation menghadapi dan menyikapi krisis itu sendiri (Usman, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun