Setelah tiga bulan, Bali yang indah berubah menjadi nereka penyembelihan. Pembunuhan itu telah memakan korban jiwa sekurang-kurangnya depalan puluh ribu jiwa. Pemerkosaan terhadap mereka yang dituduh Gerwani. Dan membuat saya merasa miris adalah pemimpin-pemimpin yang dahulu paling nasakom kemudian berubah menjadi pembenci PKI yang paling gigih dan paling demonstratif.
Bagian ketiga memang sangat menyedihkan. Dari Kematian Sjahrir dan Prof. Dr. Soekirno yang mati berlabel tawanan karena bertahun-tahun tidak diadili, sampai muncul syarat baru bagi mereka yang ingin bekerja: Tidak terlibat G30SPKI. Juga untuk mereka yang ingin kawin.
Seorang buruh yang bekerja pada sebuah pabrik, jika tidak masuk SOBSI akan ditekan (kalau grup SOBSInya kuat). Banyak petani-petani yang buta huruf, tanpa sadar arti marxisme, telah didaftar menjadi anggota BTI. Kadang mereka masuk, karena dijanjikan tanah. Setelah bulan oktober 1965, mereka dinyatakan terlibat G30SPKI kemudian dikucilkan dari hidup. Secara teoritis, mereka tidak boleh kerja, tidak boleh kawin, dll. Kalau mereka ingin mendapatkan kesempatan hidup dalam masyarakat, mereka harus menipu atau menyogok untuk mendapatkan keterangan tidak terlibat G30SPKI.
Catatan Turis Terpelajar
Bagian ini adalah catatan perjalanan Soe Hok Gie selama di Amerika. Ada tiga tulisan yang menarik perhatian. "Masalah Identitas Negro di Amerika", "Agama dalam Tantangan", "Hippies, Peace and Love".
Dalam tulisan "Masalah Idenditas Negro di Amerika" Soe Hok Gie yang membenci segala keserakahan Soekarno sadar betapa berharganya warisan kebudayaan kita. Soekarno turut memberikan sesuatu pada bangsa kita---identitas diri suatu bangsa.
Telah lama ditanamkan dalam masyarakat AS bahwa black is bad dan orang-orang Negro merasa malu bahwa mereka berkulit hitam. Orang-orang Puerto Rico tak mengalami hal itu karena mereka diperlakukan buruk---mereka dapat Kembali ke Puerto Rico---demikian pula Mexico. Tetapi Afro-American ini tak punya 'tanah air'. Mereka tak mungkin kembali ke Afrika---mereka telah kehilangan 'touch' dengan Afrika.
Lalu pada tulisan "Agama dalam Tantangan" Ketika Jacqueline Kennedy menikah dengan Onasiss, yang telah bercerai dengan istrinya. Menurut peraturan gereja Katolik, peceraian dilarang. Onasiss, seorang kakek tua, menceraikan istrinya, dan kemudian menikah dengan janda Presiden Kennedy yang beragama Katolik. Apalah gereja berani mengambil tindakan ini terhadap tokoh Katolik, yang secara sadar melanggar---kalau yang terlanggar seorang petani bukan soal---dan kemudian dibela oleh Kardinal dari Boston, teman pribadinya.
Dalam tulisan "Hippies, Peace and Love" saya sadar nilai-nilai masyarakat yang mengikat kita itu punya nilai-nilai lain. Di California Soe Hok Gie berteman dengan seorang seperempat Hippies dan mempunyai teman-teman Hippies. Banyak di antara pemuda-pemuda AS di kota-kota besar menolak pola-pola cinta a la masyarakat tradisional. "Kita menolak hubungan muda-mudi cara ini. Kita ingin cinta yang spontan seperti apa adanya." Ia menganggap sebagai sesuatu hal yang wajar hubungan seks bebas.
Mariyuana, yoga, free love, pakaian aneh akhirnya tidak membawa mereka kekebahagiaan. Waktu di San Fransisco, Soe Hok Gi ke Sausalito---tempat Hippies---sebagai turis. Keluar masuk took-toko yang menjual barang-barang Hippies bersama orang-orang lain yang juga berpiknik. Mereka akhirnya menjadi objek uang oleh kapitalis-kapitalis. Mereka bicara tentang perdamaian dan cinta dan menjadi mode. Mereka yang berontak dari masyarakat akhirnya menjadi objek masyarakat yang mencari uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H