Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Muhammad Ridwan Tri Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran

Suka jalan kaki.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ulasan Buku: Zaman Peralihan

12 Juli 2023   15:29 Diperbarui: 12 Juli 2023   15:32 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku ini pun terbagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Masalah Kebangsaan, 2) Masalah Kemahasiswaan, 3) Masalah Kemanusiaan, 4) Catatan Turis Terpelajar.

Masalah Kebangsaaan

Bagian pertama diawali dengan tulisan Soe Hok Gie yang berjudul "Di Sekitar Demonstrasi-Demonstrasi Mahasiswa" di Jakarta yang menceritakan berdirinya organisasi (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Kami (KAMI), lalu tiga tuntutan pokok mahasiswa KAMI, serta terbunuhnya dua mahasiswa yang Bernama Arief Rachman Hakim dan Zubaidah.

"Menaklukan Gunung Slamet" adalah tulisan Soe Hok Gie yang paling saya suka, namun saya tidak setuju atas judul tersebut. Kata "menaklukan" terkesan sombong karena menurut saya alam tidak untuk ditaklukan. Berikut salah satu kalimat yang cukup mengena di hati, antara lain:

"Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat."--halaman 38

Lalu, dalam tulisan "Kuli Penguasa atau Pemegang Saham" kita bisa melihat bahwa kelahiraan Orde Baru sudah dimulai dari akhir tahun 1950-an, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di bawah pimpinan Brigjen Soewarto, merekrut kalangan akademisi, terutama yang menjadi korban Soekarno.

Masalah Kemahasiswaan

Pada bagian kedua Soe Hok Gie menuliskan cerita tentang mahasiswa-mahasiwa Pei Ta---Universitas Peking berjuang melawan kediktatoran Mao Ze Dong yang berakhir tragis, lalu masa-masa akhirnya menjadi mahasiswa, bobroknya kalangan mahasiswa UI dan tabiat dosen-dosen suka membolos sampai 50% per semester.

Dalam tulisan "Seorang Dosen, Seorang Pengacara, dan Seorang Mahasiswa" saya menangis membacanya. Di mana seorang bernama Boy menerima mayat seorang tahanan dari polisi dengan berat badan tiga puluh kilo lebih. Menurut polisi, ia orang gila dan menolak makan di penjara. Tetapi setelah diperiksa lebih lanjut oleh Boy ternyata ia menderita sejenis penyakit dimulutnya. Menurut Boy, tahanan-tahanan yang ada di seksi polisi amat menderita hidupnya. Tak ada yang mau peduli dengan keluhan-keluhannya, dan setelah mati, daftarnya hanya dicoret begitu saja.

Masalah Kemanusiaan

Secara menyeluruh bagian ketiga berisi tentang korban-korban elit poltik pasca-G30SPKI. Hampir di setiap tulisan-tulisan Soe Hok Gie di bagian ketiga membuat perasaan saya bercampur aduk antara sedih dan marah. Bagian ketiga diawali dengan tulisan yang berjudul "Di Sekitar Peristiwa Pembunuhan Besar-Besaran di Pulau Bali". Di Bali sama sekali tidak adalah ada perlawanan. Mereka yang merasa dirinya PKI atau yang oleh lingkungannya dituduh demikian, dengan sukarela menyerahkan diri kepada penguasa. Dan Ketika pembuhunan-pembunuhan itu berlangsung, banyak sekali dari mereka yang menjadi tawanan minta untuk dibunuh karena tahu, bagaimana pun juga akhir hidup mereka sudah dapat dihitung dengan jari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun