Selain tantangan dalam aspek sosial dan budaya, Indonesia dihadapkan oleh tantangan dari sisi infrastruktur dan keamanan komunikasi. Sebagai contoh kasus, ketika terjadi pandemi Covid-19, sistem pembelajaran dilakukan secara daring. Bagi masyarakat perkotaan mungkin akan sangat mudah mengakses sumber daya yang dibutuhkan seperti perangkat smartphone, komputer, dan internet. Namun bagi masyarakat di pedesaan, bisa jadi sumber daya tersebut sulit diakses. Pada tahun 2020, Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam situsnya merilis jumlah wilayah Indonesia yang belum terjangkau sinyal selular. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif menyampaikan, hingga saat ini masih ada sekitar 11 persen wilayah Indonesia yang belum terhubung sinyal seluler. Sebelas persen wilayah tersebut terdiri dari 5.300 desa, di mana 3.500 desanya berada di wilayah Papua. Maka diperlukan komitmen dari pemerintah untuk membangun infrastruktur penunjang komunikasi agar masyarakat Indonesia bisa bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lain.
Aspek keamanan komunikasi juga menjadi hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Lemahnya sistem keamanan komunikasi akan menjadi ancaman bagi bangsa. Di antara ancaman serius terhadap komunikasi adalah penyadapan. Dalam dokumen yang dibocorkan whistleblower Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) disadap Australia. Berdasarkan laporan yang dimuat The Guardian dan ABC, Senin 18 November 2013, disebutkan SBY bersama 9 jajaran petinggi negara, termasuk Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi target penyadapan pada tahun 2009.
Bahkan pada tahun 2022, terjadi kebocoran data yang sangat masif terhadap data-data krusial di Indonesia seperti kasus kebocoran data NIK, data pelanggan PLN, data pelanggan indihome, data 1,3 Miliar pengguna SIM Card hingga dugaan kebocoran data BIN (Badan Intelejen Negara) yang kemudian dibantah.
Hal ini membuktikan sangat lemahnya keamanan sistem informasi dan komunikasi Indonesia. Maka hal tersebut wajib diperhatikan oleh stakeholder terkait terutama di sektor kritis seperti pemerintahan dan militer yang menyangkut rahasia negara.
Dari sisi kualitas sumber daya manusia, Indonesia juga memiliki tantangan yang besar, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum "melek teknologi" bahkan hingga kalangan aparatur sipil negara. Maka diperlukan pelatihan tentang teknologi secara masif demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Kesimpulannya, Indonesia masih harus banyak berbenah dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Peningkatan kualitas pendidikan, infrastruktur, keamanan informasi dan komunikasi serta pengembangan sumber daya manusia menjadi kunci agar Indonesia bisa mengikuti perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi. Dengan demikian, bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dengan tetap berpegang teguh terhadap identitas dan budaya bangsa Indonesia.
Referensi:
- https://www.kompasiana.com/belladwi19/6198491fc26b776aef189342/komunikasi-di-era-revolusi-industri-4-0
- https://talkactive.id/perkembangan-media-komunikasi-dari-berbagai-zaman/
- https://fikti.umsu.ac.id/10-dampak-positif-dan-negatif-tik-dalam-bidang-sosial/
- https://kominfo.go.id/content/detail/13604/11-persen-wilayah-indonesia-belum-terjangkau-sinyal-seluler/0/sorotan_media
- https://www.liputan6.com/global/read/748895/snowden-ponsel-sby-disadap-australia
- https://nasional.kompas.com/read/2016/10/21/15504841/menpan.rb.jangan.sampai.ada.pns.yang.gaptek.
- https://www.suara.com/news/2022/09/10/135202/13-daftar-panjang-kasus-kebocoran-data-di-ri-terbaru-surat-rahasia-jokowi-bocor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H