Ku dengar kabarmu,, kau muncul dari negri tirai bambu. Negri yang insannya dalam bayang konfusius...kau bermula di wuhan, wuhan adalah rahimmu tempat dimana kau mendedahkan diri,, kedatanganmu yang misterius tak tertepiskan oleh tembok raksasa cina....momokmu yang mengerikan jadikan wajah keturunan adam bermuram durja dengan hadirmu yang tak di harap.....
Corona adalah namamu... Namamu kini ramai di perbincangkan seantero dunia... Konon katanya asalmu dari sang kampret codot (kelelawar) kata orang jawa, pa'nyiki di lidah makassar, tak ketinggalan pula rumor tandingan bahwa kau adalah senjata biologis , tak ada ketunggalan prediksi, aaagh bagiku kau dari negri antah berantah... Tapi peduli apa dengan semua itu.. intinya kau adalah predator yang siap memangsa siapa saja, Â tak peduli ia ningrat, borjuis, ploretar, kaya, miskin, hitam dan putih semua bisa terlekati olehmu dan menjadi penyebab terenggutnya sebuah nyawa....
Kau mengganas di wuhan lalu menyebar begitu cepat memasuki semua ruang tanpa sekat, Â dari timur ke barat, utara ke selatan dan ahirnya kau masuk juga di negriku, negri yang tercinta ini, bumi pertiwi, kau masuk tanpa malu tak ada tabik pula...
Wahai kau corona.... kau adalah pandemi...Hari ini kaulah satu-satunya tertuduh penyebab tercabutnya ruh dari raga si fulan,, kau suguhkan kami pemandangan yang ironi.. begitu banyak mayat mayat menggeletak di jalan, mayat mayat kesepian yang mengundang iba di lain sisi,
Alih alih di iringi di tempat peristirahatan terakhir malah tersambut murka oleh mereka yang tak ingin di lekati, kerabat dan handai taulan pun enggan mendekat sembari memberi dekapan untuk yang terakhir kalinya... ooh Malangnya nasibmu wahai engkau si-mangsa predator....
Siapa yang bisa mengenalmu (corona) yang tak mewujud, hanya sedikit gejala
Yang menjadi dasar terkaan sang tabib moderen...
engkau yang di beri nama corona.
,,, aku tak bilang kau sungguh kejam, tapi nyatanya kau memarjinalkan semua orang dari kesosialannya, kau pinggirkan mereka dari kerumunannya, kau ajari kami tak bertegur sapa, tak ada jabat tangan apatahlagi pelukan,, kau jauhkan kami dari sumber penyebab terampuninya sebuah dosa,,, kau bak kredo yang anti sosial.....
Dalam keresahan sembari menunggu vaksin untuk memusnahkamu....
Mungkinkah manusia kini pada membatin lalu menerka nerka fenomena ini?.....
Kiranya tidak terlalu naif jika menerkanya dalam sudut pandang transenden.... Sebagai makhluk yang bergama, yang berTuhan, tentu menjadi keyakinan bahwa bahwa ini semua dalam kuasaNya... Â Roh semesta sedang menyatakan diri... meminjam filsafat hegel.... sudah barang tentu corona adalah teguran dan juga ujian... corona adalah refleksi dari yang Maha Dahsyat,
Corona adalah medium untuk lebih mengetahui kebesaranNya... corona bukanlah apa apa di atas kebesaranNya dan di atas kemahakuasanNya Insya Allah corona menuju kesenjakalaannya... Amin..
Akhir dari tulisan yang sangat sederhana ini..
Mari kita berdoa kepada Allah SWT semoga kita semua penduduk bumi terhindar dari bencana non alam ini yakni covid 19 meskipun telah banyak saudara kita yang kini telah menghadap ke yang Maha Kuasa dan hanya doa yang terhaturkan kepada mereka semoga khusnul khotimah, Amin ya ALLAH.. dan tak terlupakan untuk terus berikhtiar, mengikuti anjuran pemerintah, serta senantiasa memberi semangat kepada para medis yang selalu setia di garda terdepan...
Semoga pandemi ini akan segera berakhir
Dalam waktu dekat dan tidak akan pernah muncul kembali di permukaan bumi ini. Amin Ya Rabbal Alamin... Al Fatiha.....
Penulis... Muhammad Ridwan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H