Kita ketahui bersama bahwa zaman selalu berubah. Â Pergeseran waktu beriring dengan perubahan pola hidup dan budaya. Â Kehidupan semakin dinamis dan tanpa batas. Â Ilmu pengetahuan dan teknologi membawa peran besar. Â Istilah kemajuan ini kita kenal dengan modernisasi.Â
Dari modernisasi  ini pastinya akan mempunyai  berbagai dampak, baik itu positif  atau negatif.  Sehingga dibutuhkan peran manusia itu sendiri untuk memanfaatkannya dengan bijak. Jangan sampai senjata makan tuan atau memang dibuat begitu.  Lalu sebagai seorang muslim,  bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi modernisasi?Â
Istilah modernisasi  sangat familiar di telinga kita dengan bangsa barat.  Yang juga kita kenal sebagai bangsa non Islam dimana membuat sebagian orang merasa risih. Kenyataannya kebanyakan teknologi memang ditemukan mereka, meskipun sebenarnya banyak ilmuan Islam yang sangat berperan pada masa lalu. Itu seharusnya bukan menjadi halangan kita untuk menerima moderenisasi tapi sebagai penyemangat dimana harus bisa berperan juga dalam perkembangan moderenisasi.
Sikap kaum muslimin dalam menghadapi modernisasi terbagi dalam beberapa golongan, yakni: 1. golongan yang menolak secara mutlak modernisasi 2. golongan yang merima modernisasi jika itu baik 3. golongan yang menerima modernisasi secara keseluruhan.Â
Golongan pertama beranggapan bahwa modernisasi  adalah sebuah produk dari barat.  Paradigma mereka menyakini bahwa barat sama dengan kafir.  Sedangkan kafir adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan mereka. Sehingga bisa merusak kehidupan mereka.Â
Golongan kedua mereka adalah golongan yang tengah-tengah. Â Berfikir secara rasional dan kontekstual. Â mempertimbangkan mana yang memang baik dan mana yang buruk demi kemaslahatan umat dan itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam.Â
Golongan ketiga mereka golongan yang terlalu terbuka dalam menerima arus modernisasi. Tanpa memilah dan memilih secara teliti apa saja yang benar -benar baik dan mana yang tidak baik.
Sikap Islam Nusantara pada modernisasi
Sudah jelas bahwa Islam Nusantara memegang prinsip tawasuth yang berarti tengah-tengah. Berakibat bahwa dalam menerima suatu hal tidak boleh terlalu kaku dan terlalu lembek. Pada kasus moderniasi Islam Nusantara berada di posisi golongan yang ke dua, yakni menerima modernisasi jika itu baik.
Sesuai perkataan Dosen IAIN Jember Dr. Ali Hasan "Modernisasi Islam Nusantara berpijak pada diktum al mukhafadatu ala qadim al shalih wa al akhdu bi al jadid al ashlah. Kalimat al akhdu adalah pilar modernisasi bagi Islam Nusantara. Karena bagi Islam Nusantara modernisasi tumbuh dari dalam untuk menjadi lebih baik, bukan dari luar". Sehingga modernisasi bukan lah sesuatu hal yang harus dijauhi tapi suatu hal yang sudah melekat pada diri yang perlu kita manajemen dengan baik.Â
Terakhir,  yakni perlunya kesadaran bagi para generasi penerus Umat Islam untuk senantiasa belajar dan berkarya. Agar kelak menjadi generasi yang bisa memberikan perubahan lebih baik dan berperan serta menciptakan peradaban dunia sekaligus membumikan nilai-nilai  Islam pada setiap  hal. Karena kalau bukan kita siapa lagi?Â