Apalagi kita memasuki zaman teknologi. Segala sesuatu bisa dengan mudah dicapai menggunakan teknologi. Kita tidak perlu datang ke tiap-tiap rumah maupun menelepon seseorang hanya untuk menawarkan produk. Cukup memasarkannya dengan menggunakan media sosial maupun video Youtube.
Bahkan, sistem jual beli online yang dulu terasa asing kini semakin dipermudah. Bahkan, muncul promo besar-besaran untuk siapa saja yang tranksaksi lewat toko online tertentu. Barang apapun jadi lebih mudah diketahui masyarakat yang ingin membeli termasuk kebutuhan pertanian.
Tahun 2020 ini, kebutuhan masyarakat sudah mengarah kepada kebutuhan pokok. Salah satu yang terpenting adalah pangan. Untuk itu, mengapa industri pertanian menjadi semakin laris hingga petani bisa mendapat penghasilan melimpah. Masyarakat tentu membutuhkan makanan yang sehat dan bersih dari unsur kimia agar mampu meningkatkan imun tubuh.
pertanian
Namun, masalah persaingan dan juga rentannya terkena unsur hama juga harus diperhatikan dengan baik. Banyak petani yang berlomba menghasilkan panen yang berlimpah dengan berbagai strategi. Semua itu dipermudah dengan adanya pupuk yang memudahkan tanaman tumbuh subur. Bahkan, sudah ada pupuk herbal yang berperan mengatasi unsur kimia dan hama.
Tentu, hasilnya melimpah sehingga banyak petani yang tergiur mencoba produk itu. Eforia itu juga dapat dirasakan oleh kawula muda yang tertarik untuk berbisnis agrikultur. Namun, semua itu harus disiasati dengan ilmu dan kecakapan mereka dalam wirausaha.
Masalahnya, apakah hal itu membuat pekerjaan PNS dan BUMN menjadi sepi peminat? Tentu saja tidak sepenuhnya benar maupun juga salah. Sebab, tidak ada satupun yang bisa menebak darimana datangnya rejeki. Hanya saja, sangat disayangkan jika potensi yang dimiliki tidak dikembangkan.
Tentu saja dalam karir kita harus punya kelebihan. Ilmu itu bisa dikembangkan tanpa harus kuliah. Kita bisa belajar membuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak masalah kita mendapat 1 pelanggan jika itu rejekinya. Syukur-syukur, kita bisa langsung mendapat pelanggan hingga ratusan bahkan ribuan secara langsung jika dilakukan dengan sregep (tekun).
Kita juga pernah melihat bagaimana karyawan mengeluhkan gajinya yang tidak mengalami kenaikan. Begitu juga, kita sering melihat bagaimana wirausaha mengeluhkan sepinya langganan sehingga pemasukannya tidak sesuai harapan. Tentunya untuk menghadapi hal itu kita harus mengetahui faktor kegagalan dengan meningkatkan kapabilitas agar semakin termotivasi.
Tentu, kita juga tidak ingin terjadi kecelakaan kerja dan skandal seperti korupsi. Jika terjadi, sanksi yang kita dapatkan seperti pemecatan hingga hukuman pidana jika kita tidak menjalankan pekerjaan dengan niat ibadah. Semua bisa terjadi pada siapa saja bahkan pengangguran sekalipun.