Malam kini menyemarakkan suasana kota. Titik-titik lampu memperindah suasana malam yang teduh. Beberapa penghuni balkon mulai menyiapkan alat-alat. Mulai dari DJ set, kursi biola, bahkan ada yang mendekorasi balkonnya jadi seperti taman kecil.
Wika takjub dengan kreativitas seni warga tersebut. Ia iri dengan negaranya yang semestinya bisa lebih kreatif dalam membuat karya seni. Di negara ini, hal kecil bisa dibuat menjadi karya seni oleh warganya yang menghargai keindahan.
Malam mulai bergemuruh. Musik DJ menyemaraki suasana kota. Sudah ada Armando dan Nendi di sebelah balkonnya. Apartemen ketiga orang itu letaknya bersebelahan sehingga bisa saling mengobrol. Tampak tawa canda diselingi suara musik DJ yang merobek malam.
Suara dering android di saku baju Wika bergetar. Pria itu langsung mengangkat telepon genggamnya. Ia dapat telepon dari pamannya.
“Iya, ada apa paman?”
“Ibu kamu lagi gawat.” Terdengar nada suara panik dari pamannya. Ada samar-samar suara ambulans.
“Gawat gimana maksudnya paman?”
“Ibu lagi dirawat di ICU. Kata dokter, ibu sudah sulit bernafas sehingga harus dibawa ke ruang isolasi.” Jawab paman Wika dengan nafas terburu.
Badan Wika seketika lemas. Telepon genggamnya jatuh dan tangannya terhuyung ke lantai. Tidak lama, ia limbung. Badannya terjatuh ke lantai balkon.
Armando dan Nendi panik melihat Wika yang sudah pingsan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI