Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Virus Corona Dapat Berdampak pada Industri Otomotif

13 Februari 2020   14:42 Diperbarui: 14 Februari 2020   10:09 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://carvaganza.com/

Dunia dihebohkan dengan kehadiran Virus Corona. Virus ini menyebabkan ratusan bahkan sudah mencapai 1000 orang meninggal dunia. Hal itu berdampak kepada beberapa sektor, termasuk otomotif.

Dampak itu mengakibatkan penurunan dari produksi otomotif. Misalmnya saja mobil, yang diproduksi mengalami penurunan jumlah suku cadang karena pasokan terbesar ada di negara Cina. Negara itu merupakan terdampak Virus Corona terbesar di dunia.

Hal inilah yang berpengaruh pada penurunan tingkat perekonomian di bidang otomotif. Kekuatiran tersebut berasal dari banyaknya pegawai yang negaranya terdampak penyebaran virus yang kini berganti nama menjadi COVID-2019.

Kondisi itu akan berpengaruh pada penurunan supply chain (suku cadang) dan penurunan penjualan. Akibatnya, terjadi penurunan tingkat perekonomian negara Cina. Dampak virus itu juga menyebabkan banyak perusahaan yang meliburkan pegawainya hingga pemerintah Cina dapat mengatasi penyebaran virus tersebut.

Bahkan, sebagian perusahaan otomotif sampai menutup pabriknya. Sebagian besar perusahaan adalah yang berasal dari pabrikan Eropa dan Amerika Serikat seperti BMW, Volkswagen, Renault, Daimler, Ford Motor, Fiat Chrysler, dan Tesla.

Cina banyak menerima suplai komponen dan produksi dari sebagian besar merek dagang dari seluruh dunia. Mengingat, negara itu mampu menurunkan harga produksi hingga lebih murah sehingga menurunkan biaya ekspor. Namun, akibat merebaknya virus corona, banyak perusahaan yang memikirkan ulang untuk melakukan aktivitas produksinya seperti biasa.

Misalnya saja BMW, perusahaan ini sudah menutup aktivitas pabriknya di Shenyang. Banyak pegawai yang diliburkan selama beberapa hari dan berencana akan melanjutkan aktivitasnya kembali pada 17 Februari 2020.

Resiko tinggi juga berdampak pada beberapa pabrikan otomotif seperi GM, Nissan, Renault, Honda, dan Group PSA yang lokasinya berada di Wuhan. Hal tersebutlah yang membuat S&P Global Ratings harus menurunkan jumlah produksi sebesar 15 persen pada kuartal pertama.

Kita masih ingat ketika jumlah produksi otomotif menurun akibat dampak Pilpres 2019 lalu. Banyak orang yang tidak berminat untuk membeli mobil karena kondisi politik saat itu. Hal ini yang berdampak pada menurunnya jumlah pembelian mobil.

Virus corona seakan menjadi senjata mematikan yang bisa berdampak pada produksi. Faktor terpenting yang berpengaruh pada pemasaran kendaraan terutama mobil. Banyak orang yang ingin mendapatkan mobil sebagai sarana transportasi privat yang cepat dan nyaman.

Jika mengingat negara penyebar virus ini, tentu kita bisa melihat pengaruh pekerja pabrik dengan lingkungan ia tinggal. Jika lokasinya adalah rawan kejahatan maka tidak ada masalah bagi produsen otomotif untuk menyuplai suku cadang, meskipun dampaknya adalah kriminalitas seperti pencurian. Namun, jika dampaknya adalah virus penyakit menular maka akan berpengaruh pada produksi otomotif karena ada karyawannya yang terjangkit virus tersebut.

Virus Corona merupakan suatu endemik yang tidak berwujud namun tingkat resikonya sangat tinggi. Penyebab kematian dan gejala virus inilah yang menakutkan siapapun. Dampaknya bisa berimbas pada ekonomi.

Industri otomotif dimulai dari pabrik yang dikerjakan oleh manusia. Tangan manusia tersebut bisa memegang komponen mobil dan mesin perakit mobil yang tanpa disadari-jika ia terjangkit virus menular tersebut- bisa menyalurkan penyakitnya pada bagian-bagian mobil dan beberapa objek terdekatnya.

Belum lagi pengaruhnya pada perancang atau pengembang jika melakukan pekerjaan di lapangan serta distributor dan juga bagian pemasar. Hal ini, tentu mengkuatirkan pihak produsen otomotif dari pabrikan luar Cina.

Demi mengatasi penyebaran virus itu, perusahaan otomotif mempertimbangkan hal itu dengan mengambil suku cadang dari negara lain selain Cina. Lokasi terdekat dari produsen negara pemegang merek juga digunakan untuk mengambil suku cadang meskipun harganya akan tinggi.

Selain itu, beberapa perusahaan membatasi perjalanan bisnis pegawai mereka ke Cina. Langkah itu dilakukan oleh pabrikan otomotif seperti Honda dan Nissan. Bahkan, Nissan hendak mengevakuasi pegawainya yang ditempatkan di Wuhan menggunakan penerbangan yang disewa pemerintah. Persis langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan menerbangkan pesawat Batik Air ke Wuhan.

Hal ini dilakukan sebagai langkah mengatisipasi dampak buruk virus itu bagi kesehatan. Selain itu, penyebaran virus itu berdampak pada maskapai penerbangan. Lufthansa Air, maskapai milik Jerman, mengalami penurunan order tiket ke Cina. Kemudian, Cathay Pasific Airways akan mengubah jadwal penerbangan dan menghindari transit dari Cina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun