Pada tahap ini, tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas. Model blended learning yang sesuai dipilih, misalnya model rotasi, flipped classroom, atau model laboratorium. Konten pembelajaran dirancang dengan hati-hati, baik berupa modul daring maupun aktivitas tatap muka. Tidak lupa, platform pembelajaran seperti Moodle atau Google Classroom dipersiapkan sebagai media utama.
2. Implementasi (Implementation)
Ini adalah fase di mana teori diubah menjadi praktik nyata. Aktivitas pembelajaran berlangsung dengan memadukan kelas tatap muka dan materi daring. Sesi tutorial, tanya jawab, serta pemberian umpan balik menjadi elemen penting dalam memastikan mahasiswa dapat beradaptasi dengan baik.
3. Evaluasi (Evaluation)
Setiap program pembelajaran membutuhkan refleksi. Pada tahap ini, efektivitas blended learning dievaluasi melalui analisis hasil belajar, survei kepuasan mahasiswa, dan observasi proses pembelajaran. Temuan dari evaluasi digunakan untuk menyempurnakan metode di masa depan.
Kesimpulan
Blended learning adalah bukti nyata bahwa teknologi dan pendidikan dapat berjalan seiring, menciptakan harmoni yang menginspirasi. Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar untuk memahami ilmu, tetapi juga belajar untuk hidup, beradaptasi, dan berkembang di dunia yang terus berubah.
Bagi para pendidik, blended learning adalah peluang untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih baik. Bagi mahasiswa, ini adalah kesempatan untuk meraih ilmu tanpa batas. Dan bagi dunia pendidikan, blended learning adalah langkah menuju masa depan yang inklusif dan cemerlang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H