Mohon tunggu...
Muhammad Reva Alief Fathoni
Muhammad Reva Alief Fathoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Banyak hal hebat selama kita ingin bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Finansial Menjadi Sahabat Kita?

4 Januari 2023   09:51 Diperbarui: 4 Januari 2023   10:00 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagaimana bersahabat dengan finansial?

Beberapa orang menganggap hal ini hanyalah sebuah pertanyaan yang tidak terlalu penting, beberapa lainnya menganggap hal inilah sejatinya yang terpenting dalam menjalani sebuah kehidupan. Yap finance atau biasa kita sebut finansial keuangan. Sebagaimana umumnya orang tentu mereka memiliki pengalaman setidaknya tentang cara mengatur alur uang sakunya semasa SMA dan kuliah misalnya, dan mengatur alur bagaimana gaji dapat menghidupi keluarga dan anak-anaknya bagi para pekerja atau karyawan. 

Dalam buku Rich Dad and Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki ditekankan tentang pentingnya melek keuangan sedari dini. Perbandingan perspektif dari ayah kaya dan ayah miskin menjelaskan bagaimana "melek keuangan" dapat mengendalikan hidup seseorang. Ayah miskin dengan mindset pendidikan yang penting baginya dan ayah kaya dengan mindset melek keuangan yang dia pegang erat.

Memang agak ganjil dua anak kecil berusia 9 tahun belajar bagaimana cara uang bekerja. Pemahaman yang sulit dimengerti, kosa kata bisnis yang memusingkan dll. Namun, hal itu Robert tangkis dengan melihat perbedaan nyata antara kedua ayahnya. Ayah miskin berakhir menjadi Ph.D yang bekerja di bawah intansi pemerintahan yang kesulitan mengelola keuangan sedangan si ayah kaya memiliki perusahaan retail. Pelajaran pertama dalam buku ini adalah orang kaya tidak bekerja untuk uang,  dalam proses belajarnya dengan ayah kaya Robert dan Mike tidak banyak menjelaskan literasi finansial dan bagaimana cara memandang uang. 

Ayah kaya mengajarkan mereka tentang emosi dasar manusia ketika dihadapkan dengan uang yakni ketakutan dan ketamakan. Ketakutan yang dimaksud adalah kekhawatiran ketika tidak mempunyai uang, sedangkan keserakahan timbul ketika manusia memperoleh keuangan yang cukup. Dari situ perangkap Rat Race akan terjadi, dimana pengeluaran dan penghasilan mereka saling berbalapan. Sehingga orang-orang yang ingin menjadi orang kaya perlu mengasah pola pikirnya untuk dapat mengendalikan kedua emosi tersebut.

Buku ini juga menjelaskan tentang bagaimana pentingnya tentang literasi keuangan. Utamanya dapat membedakan mana aset dan liabilitas. Simpelnya, aset adalah sesuatu yang bernilai dan mempunyai nilai tambah dari waktu ke waktu, sedangkan liabilitas adalah nilai beban yang membutuhkan pengeluaran. Orang yang tidak bisa memahami keduanya akan berakhir miris seperti contoh tokoh-tokoh pengusaha terkemuka pada zaman itu karena tidak pandai dalam mengelola keuangan. Selanjutnya setelah dapat membedakan mana aset dan liabilitas ada 4 hal yang perlu mengembangkan agar kecerdasan finansial semakin meningkat yakni akuntansi, investasi, pasar, dan hukum. 

Akuntansi adalah seni  belajar tentang keuangan dimulai dari menilai barang, mengelola alur keuangan, dan memahami dengan benar antara penghasilan, pengeluaran, aset dan liabilitas. Semakin seseorang mengenal keuangan maka ia akan semakin tertarik untuk menambah aset, aset adalah buah dari investasi. Orang kaya akan terus berpikir bagaimana cara menambah aset, sedangkan orang kelas menengah berpikir untuk menambah aset namun yang ia tambah sejatinya adalah liabilitas, sedangkan orang miskin berpikir bagaimana ia dapat menyeimbangkan antara penghasilan dan pengeluarannya agar tetap hidup.

Jadi, bagaimana kita bersahabat dengan finansial?. Buku ini seperti membuka pandangan kita tentang keuangan seolah-olah berkata "jika ingin aman finansial setidaknya pahamlah tentang melek keuangan" . Buku ini mengembalikan persepsi kepada kita masing-masing tentang bagaimana melek keuangan dapat merubah hidup seseorang, pembaca buku ini diajak untuk berpikir bebas tentang bagaimana kita akan hidup jauh kedepan. Pendidikan dan melek keuangan adalah kedua hal yang harus dimiliki untuk bisa survive menjalani hidup kedepannya. 

Pendidikan akan membimbing kita untuk menjadi cerdas dalam menyelesaikan masalah, sedangkan melek keuangan akan menjadikan kita untuk pintar dalam mengelola keuangan. Dengan menganggap penting melek keuangan dan pendidikan semenjak sekarang, kesuksesan finansial bukan perkara yang mustahil untuk diwujudkan. Sekali lagi, buku ini mengajarkan pembaca bagaimana pentingnya mindset yang benar terhadap suatu permasalahan, karena tentu masalah-masalah kedepan akan semakin kompleks dengan begitu kecerdasan sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.

Hidup akan terus berjalan, masalah-masalah kedepan akan semakin beragam. Ekonomi, finansial, keuangan akan selalu berputar, jika tidak bisa mengatur pengelolaan kita akan semakin terbelakang. Perbaiki mindset, perbanyak wawasan, karena hidup masih panjang. Oleh karenanya, jangan pernah kita berhenti untuk berjuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun