Mohon tunggu...
Muhammad Rendy
Muhammad Rendy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Seorang Mahasiswa yang berusaha mengubah nasib keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga dan Melestarikan Warisan Salafy di Pesantren Guna menyeimbangkan Tradisi dan Modernitas

22 Oktober 2024   15:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   16:09 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai dan ajaran salafy, pesantren juga harus mampu menyeimbangkan tradisi tersebut dengan tantangan modernitas. 

Melalui pendekatan ini, pesantren dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kekayaan tradisi dengan kebutuhan perkembangan zaman, sehingga menghasilkan generasi yang tidak hanya kuat dalam pemahaman agama saja, tetapi juga mampu beradaptasi dengan dinamika dunia modern.

Salah satu faktor penting adalah peran pesantren sebagai pusat pendidikan agama yang tetap relevan, meskipun berhadapan dengan modernisasi. Pesantren salafy, dengan kurikulum berbasis kitab kuning dan ajaran tradisional, dianggap mampu bertahan selama program pendidikannya tetap progresif dan relevan bagi kebutuhan masyarakat.

Karisma dan kepemimpinan kiai juga berperan penting dalam menjaga eksistensi pesantren. Para kiai tidak hanya menjadi penggerak utama pendidikan, tetapi juga menjadi figur sentral yang dihormati, memastikan kesinambungan tradisi salafiyah sambil tetap membuka ruang bagi adaptasi terhadap modernitas. 

Hal ini terlihat dari kemampuan pesantren untuk tetap melayani masyarakat, baik melalui pendidikan maupun pengabdian sosial-keagamaan.

Di sisi lain, pesantren juga mampu menggabungkan nilai-nilai Islam yang universal dengan budaya lokal, seperti akulturasi Islam dan budaya Jawa, yang membuat pesantren menjadi lembaga yang fleksibel dalam menghadapi perubahan zaman.

Kritik bahwa pesantren salafy terjebak dalam metode pengajaran kuno itu kurang tepat, kenapa? karena banyak pesantren yang telah berinovasi dalam program pendidikan salafynya. Kitab kuning, yang dianggap simbol pendidikan tradisional, sebenarnya mengandung nilai-nilai keilmuan mendalam yang masih relevan dan dapat menjadi pijakan kuat bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan modern. 

Selain itu, pesantren telah memadukan kurikulum agama dengan keterampilan yang dibutuhkan di era modern, sehingga lulusan pesantren mampu berperan di berbagai sektor.

Para kiai di pesantren salafy bukanlah sosok yang pasif terhadap perubahan. Mereka kerap melakukan inovasi dalam pendekatan pendidikan sambil tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi. Ini memungkinkan pesantren untuk tetap progresif dalam menghadapi modernitas.

Opini ini berfokus pada pentingnya menjaga dan melestarikan warisan salafy di pesantren sambil menyeimbangkan tradisi dan modernitas. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, memainkan peran vital dalam membentuk generasi yang tidak hanya terampil dalam ilmu agama tetapi juga mampu menghadapi tantangan dunia modern. 

Melalui inovasi dalam pendidikan dan kepemimpinan kiai yang adaptif, pesantren mampu tetap relevan di era modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun