Sarjana unggul adalah lulusan perguruan tinggi yang memiliki kompetensi akademik yang kuat, mampu memahami dan menerapkan ilmu secara mendalam, serta memiliki keterampilan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim yang baik. Mereka berdaya saing secara global, inovatif, kreatif, dan mampu menciptakan solusi bagi permasalahan masyarakat maupun industri. Selain itu, sarjana unggul menjunjung tinggi integritas, berkarakter, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Mereka juga adaptif terhadap perubahan, mampu mengikuti perkembangan teknologi, budaya, dan tren global, sehingga menjadi individu yang relevan dan berkontribusi di berbagai bidang.
Praktik Stoicisme adalah penerapan prinsip-prinsip filsafat Stoic dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai ketenangan batin, kebijaksanaan, dan kebahagiaan melalui pengendalian diri dan penerimaan terhadap hal-hal yang di luar kendali kita. Salah satu konsep utamanya adalah dikotomi kendali, yaitu membedakan antara apa yang dapat kita kendalikan, seperti pikiran, tindakan, dan sikap, dengan apa yang tidak dapat kita kendalikan, seperti opini orang lain atau peristiwa eksternal, sehingga fokus diberikan pada hal-hal yang berada dalam lingkup kendali kita. Praktik ini juga mencakup meditasi harian untuk merenungkan tindakan dan emosi, serta premeditatio malorum, yaitu membayangkan kemungkinan buruk yang dapat terjadi sebagai persiapan mental dan pengurangan rasa takut terhadap ketidakpastian. Selain itu, Stoicisme mendorong pengendalian diri dengan menahan godaan dan emosi negatif seperti marah atau iri, serta menggantikannya dengan ketenangan dan kebijaksanaan. Melalui konsep memento mori, pengingat tentang kematian, Stoicisme mengajarkan pentingnya memanfaatkan setiap momen hidup dengan penuh makna dan kesadaran. Praktik ini juga berakar pada kebajikan, seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri, yang menjadi dasar dalam setiap tindakan dan keputusan. Dengan menjalankan Stoicisme, seseorang dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih tenang, tangguh, dan bijaksana.
Fortuna vs Virtue: Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional
Dalam perjalanan hidup, khususnya dalam pencapaian kesuksesan akademik dan profesional, manusia sering dihadapkan pada dua elemen penting yang disebut sebagai fortuna dan virtue. Istilah ini dipopulerkan oleh Niccol Machiavelli dalam karyanya Il Principe. Dalam konteks ini, fortuna merujuk pada keberuntungan atau nasib baik, sedangkan virtue adalah kebajikan, kemampuan, atau kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang untuk mengendalikan dan mengarahkan hidupnya menuju kesuksesan. Bagi seorang sarjana yang ingin menjadi unggul dan profesional, memahami dan menyeimbangkan kedua aspek ini sangat penting.
Memahami Fortuna: Keberuntungan dalam Kesuksesan
Fortuna sering kali diartikan sebagai hal-hal yang berada di luar kendali kita, seperti situasi sosial, kondisi ekonomi, atau peluang yang datang secara tiba-tiba. Dalam kehidupan akademik, fortuna dapat berupa mendapatkan dosen yang suportif, akses ke sumber daya belajar yang berkualitas, atau peluang magang yang datang tanpa diduga. Namun, keberuntungan tidak selalu bersifat positif; terkadang, rintangan yang tidak terduga juga termasuk dalam lingkup fortuna.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin mendapat beasiswa karena kriteria tertentu yang sesuai dengan profilnya. Namun, tanpa upaya untuk memanfaatkan peluang ini dengan baik, keberuntungan tersebut bisa berlalu tanpa hasil signifikan. Oleh karena itu, keberuntungan hanyalah salah satu elemen dalam kesuksesan; elemen lainnya adalah bagaimana individu merespons dan memanfaatkan keberuntungan tersebut.
Virtue: Kompetensi dan Karakter
Di sisi lain, virtue mencakup keterampilan, pengetahuan, dan karakter yang dimiliki seseorang untuk menghadapi tantangan hidup. Dalam konteks akademik dan profesional, virtue meliputi kecerdasan intelektual, keterampilan manajemen waktu, kemampuan komunikasi, serta sikap disiplin dan tanggung jawab.
Seorang sarjana unggul tidak hanya mengandalkan keberuntungan semata, tetapi juga mengasah keterampilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, mahasiswa yang rajin belajar, aktif dalam organisasi, dan terus memperluas wawasan akan memiliki virtue yang kuat untuk bersaing di dunia kerja. Dengan virtue yang kokoh, seseorang dapat mengatasi kesulitan dan meraih peluang yang tampak mustahil.
Kolaborasi antara Fortuna dan Virtue