Pengembangan ekowisata berbasis mutiara juga memiliki potensi besar. Daerah seperti Lombok dan Raja Ampat telah memanfaatkan potensi ini untuk menarik wisatawan, yang tidak hanya dapat menyaksikan proses budidaya tetapi juga belajar tentang pentingnya pelestarian ekosistem laut. Inisiatif ini memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi masyarakat lokal, sekaligus meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian sumber daya laut.
Selain itu, investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) sangat penting. Penelitian mengenai strain kerang yang lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, misalnya, dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim pada produksi mutiara. Kolaborasi antara pemerintah dan institusi pendidikan juga dapat menghasilkan teknologi baru yang mendukung keberlanjutan.
Mutiara tidak hanya merupakan simbol keindahan dan kemewahan, tetapi juga memiliki peran strategis dalam mendukung ekonomi dan pelestarian lingkungan. Sebagai salah satu produsen terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk mengelola industri mutiara secara berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, menerapkan kebijakan yang ramah lingkungan, dan mendorong inovasi di sektor ini, Indonesia dapat memperkuat posisinya di pasar global sekaligus menjaga kelestarian ekosistem laut.
Daftar Pustaka
- FAO (2022). Pearl Oyster Aquaculture. Rome: Food and Agriculture Organization.
- Kusuma, R. & Santoso, A. (2023). "Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Kerang Mutiara di Indonesia." Jurnal Kelautan dan Perikanan, 12(3), 200-215.
- Takashima, Y., et al. (2023). "Hydrogel-based Nucleation for Pearl Cultivation." Journal of Marine Biotechnology, 15(2), 75-85.
- Australian Pearl Producers Association (2023). Annual Report on Pearl Industry Development. Sydney: APPA Publications.
- Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (2022). "Laporan Tahunan Industri Budidaya Mutiara Indonesia." Jakarta: KKP.
- Sugiharto, D. et al. (2021). "Ekowisata Mutiara di Lombok: Potensi dan Tantangan." Jurnal Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 10(1), 45-60.
- World Bank (2022). *The Role of Blue Economy in Sustainable
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H