Mohon tunggu...
MUHAMMAD REGA PRATAMA
MUHAMMAD REGA PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Kelautan FTK ITS

Mahasiswa yang tertarik tentang sumberdaya laut, dan teknologi teknologi maritim terbarukan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mutiara Laut Menyongsong Masa Depan Sumber daya Kelautan yang Berkelanjutan

10 Desember 2024   23:10 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain itu, penelitian di Australia menunjukkan bahwa penggunaan inti berbahan dasar hydrogel dapat meningkatkan toleransi kerang terhadap proses nukleasi, sekaligus menghasilkan mutiara dengan kualitas nacre yang lebih baik. Teknologi ini juga berkontribusi pada pengurangan limbah dalam proses budidaya. Inovasi lain mencakup pengembangan pakan berbasis bahan organik, yang tidak hanya meningkatkan pertumbuhan kerang tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dari budidaya.

Dampak Ekologis Budidaya Mutiara

Budidaya mutiara memiliki dampak ekologis yang unik. Di satu sisi, kerang mutiara berfungsi sebagai biofilter alami yang membantu membersihkan perairan dengan menyerap partikel organik dan polutan. Penelitian menunjukkan bahwa satu kerang dapat menyaring hingga 50 liter air per hari, sehingga keberadaan kerang dalam jumlah besar di lokasi budidaya dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas air.

Namun, praktik budidaya yang tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif. Overpopulasi kerang di area tertentu, misalnya, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem lokal. Selain itu, penggunaan pakan buatan yang berlebihan atau bahan kimia untuk pengendalian penyakit dapat mencemari perairan. Oleh karena itu, pendekatan berbasis ekosistem menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa budidaya mutiara tidak merusak lingkungan.

Indonesia telah mengadopsi beberapa kebijakan untuk mendukung keberlanjutan industri ini. Salah satunya adalah zonasi kawasan budidaya yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8 Tahun 2020. Regulasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan budidaya dilakukan sesuai dengan kapasitas daya dukung lingkungan.

Tantangan Industri Mutiara

Meskipun memiliki potensi besar, industri mutiara menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi lingkungan maupun pasar. Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar. Peningkatan suhu air laut akibat pemanasan global dapat memengaruhi metabolisme kerang mutiara, sehingga memengaruhi kualitas dan kuantitas nacre yang dihasilkan. Cuaca ekstrem seperti badai dan gelombang tinggi juga dapat merusak infrastruktur budidaya, terutama di daerah pesisir.

Polusi laut adalah tantangan lain yang tidak kalah serius. Peningkatan limbah plastik dan bahan kimia di perairan pesisir mengancam habitat kerang mutiara dan dapat menurunkan kualitas hasil budidaya. Fenomena pemutihan karang (coral bleaching) yang semakin sering terjadi juga berdampak pada ekosistem laut yang menjadi habitat alami kerang.

Di sisi pasar, persaingan dengan mutiara imitasi menjadi tantangan besar. Produk imitasi yang semakin sulit dibedakan dengan mutiara asli oleh mata telanjang membuat konsumen menjadi lebih selektif. Untuk mengatasi masalah ini, produsen perlu mengembangkan teknologi autentikasi yang dapat menjamin keaslian produk. Teknologi seperti spektroskopi Raman dan blockchain telah mulai digunakan untuk mencatat dan melacak proses produksi mutiara dari awal hingga produk jadi.

Strategi Pengembangan Berkelanjutan

Untuk memastikan keberlanjutan industri mutiara, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah diversifikasi produk. Selain mutiara itu sendiri, produk turunan seperti kosmetik berbasis nacre dan aksesoris inovatif dapat menjadi nilai tambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun