Mohon tunggu...
Muhammad Rasendria Nayottama
Muhammad Rasendria Nayottama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada

Saya adalah seorang mahasiswa Ilmu Ekonomi yang memiliki ketertarikan terhadap segala isu ekonomi, pendidikan, dan kesestaraan gender, baik di tingkat nasional hingga internasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antropologi Dalam Pendidikan: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang untuk Indonesia

10 Desember 2024   22:49 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Pentingnya Penerapan "Equity Pedagogy" dalam Sistem Pendidikan di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/544091198712770942/)

"Bayangkan sebuah negara dengan lebih dari 217 ribu sekolah, 45.357.157 murid, dan 2.719.712 guru,---namun tetap tertinggal jauh dalam kualitas pendidikan dibandingkan negara-negara lain." Kenyataan ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia, meskipun memiliki potensi yang luar biasa dalam sektor pendidikan. Berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA), peringkat Indonesia berada di posisi ke-62 dari 70 negara, dengan skor kemampuan membaca, matematika, dan sains yang jauh di bawah rata-rata global. Bahkan, penelitian Profesor Lant Pritchett menunjukkan bahwa anak-anak Jakarta tertinggal hingga 128 tahun dibandingkan negara-negara maju, khususnya dalam matematika, sains, dan membaca. Hal ini menjadi tantangan yang terus berulang setiap tahun. Selain itu, performa guru-guru di Indonesia juga menunjukkan hasil yang kurang memadai. Ujian kompetensi guru secara nasional hanya menghasilkan skor rata-rata 53,02 dari 100, mengindikasikan perlunya perhatian serius terhadap kualitas tenaga pengajar (Farihah, I., 2021). 

Mirisnya pendidikan di Indonesia juga terkutip dalam laporan dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang juga menyoroti posisi pendidikan Indonesia yang masih berada di peringkat ke-57 dari 65 negara. Sebagai perbandingan, Inggris berada di peringkat ke-25 untuk membaca, ke-28 untuk matematika, dan ke-16 untuk sains pada tahun 2015, meskipun posisinya lebih tinggi pada 2006. Penyebab rendahnya kualitas pendidikan ini salah satunya adalah alokasi anggaran yang terbatas. Selama periode 2005--2014, Indonesia hanya mengalokasikan 3,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pendidikan, jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara dengan sistem pendidikan unggul seperti Korea Selatan, Jepang, dan Finlandia, yang menginvestasikan 5--7% dari PDB mereka. Rendahnya alokasi anggaran ini berdampak pada infrastruktur pendidikan, pelatihan guru, dan kurikulum yang kurang kompetitif di tingkat global (Hutabarat, R., 2017).

Meski demikian, ada harapan untuk perubahan. Negara-negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia menunjukkan bahwa pendekatan sistematis dapat membawa hasil yang signifikan. Faktor kunci keberhasilan mereka meliputi pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, alokasi anggaran pendidikan yang besar, serta struktur jam belajar yang terencana untuk memastikan pemerataan pendidikan. Pendekatan ini dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk melakukan reformasi pendidikan secara berkelanjutan, sehingga anak-anak Indonesia tidak hanya memiliki akses ke pendidikan, tetapi juga meraih kualitas pendidikan yang setara dengan negara maju. Dari perspektif lain, seperti pendekatan antropologi, yang menempatkan budaya, nilai-nilai lokal, dan konteks sosial sebagai inti dari pembentukan kebijakan pendidikan, dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan pendidikan di Indonesia, karena pendekatan ini mampu menyelaraskan intervensi dengan kebutuhan masyarakat secara lebih holistik dan juga sesuai dengan fakta keberagaman budaya di Indonesia. Oleh karena itu,Antropologi pendidikan membantu menciptakan sistem pembelajaran yang lebih inklusif dan berbasis keberagaman, sehingga dapat menjawab tantangan pendidikan yang ada dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia (Anderson-Levitt, 2011).

"Intuisi Antropologi Pendidikan: Menyusun Pondasi Pendidikan yang Berbasis Keberagaman di Indonesia"

Ilustrasi Keberagaman di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/421157002673464666/)
Ilustrasi Keberagaman di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/421157002673464666/)

Antropologi pendidikan secara sistematis mempelajari praktik pendidikan dari sudut pandang kebudayaan. Kebudayaan, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu masyarakat, menjadi bekal penting bagi individu untuk menghadapi kehidupan. Kajian antropologi pendidikan berfokus pada perbedaan karakteristik antar kelompok manusia, mencakup perspektif budaya, perilaku, norma tradisi, bahasa, dan falsafah hidup yang dianut masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup pengembangan teori-teori pendidikan yang relevan dengan keberagaman masyarakat, maka dari itu, antropologi memainkan peran penting sebagai dasar dalam pendidikan, mengingat setiap individu memiliki latar belakang yang beragam, seperti keluarga, budaya, dan lingkungan sosial. Melalui pendekatan antropologi, pendidik dapat memahami pola perilaku manusia, baik yang bersifat universal maupun spesifik dalam konteks masyarakat tertentu, termasuk komunitas suku bangsa. Pemahaman ini juga mencakup pengenalan terhadap kedudukan serta peran sosial individu yang dijalankan sesuai dengan ekspektasi masyarakat setempat. Lebih jauh, antropologi memperkaya wawasan tentang dinamika interaksi sosial manusia, khususnya di Indonesia yang dikenal dengan keragaman budaya yang luar biasa. Pengetahuan ini mendorong terciptanya toleransi yang lebih besar di antara kelompok masyarakat yang berbeda. Selain itu, pemahaman antropologi memberikan kepekaan terhadap berbagai isu sosial yang muncul, sekaligus mendorong pengambilan langkah inisiatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, baik dalam situasi yang kondusif maupun penuh tantangan. Dengan demikian, antropologi berkontribusi signifikan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis, sekaligus mendukung proses pembangunan sosial yang berkelanjutan (Spindler, George D. 2011). Dengan landasan tersebut, penting untuk mengeksplorasi tantangan yang dihadapi pendidikan Indonesia di masa depan, khususnya dalam menyelaraskan antara orientasi keuntungan dan kebebasan berpikir sebagai dua pilar utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan.

"Tantangan Pendidikan Masa Depan di Indonesia: Menyelaraskan Keuntungan dengan Kebebasan Berpikir"

Ilustrasi Tantangan dalam Memilih
Ilustrasi Tantangan dalam Memilih "Eduaction for Profit atau for Freedom" (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/1064890274398447893/)

Tantangan pendidikan modern terletak pada keseimbangan antara pendekatan "Education for Profit" dan "Education for Freedom," sebagaimana dikemukakan oleh Martha C. Nussbaum. Pendidikan berbasis profit berfokus pada keterampilan teknis untuk memenuhi tuntutan pasar global, tetapi sering kali mengabaikan aspek penting seperti pengembangan karakter, empati, dan kesadaran sosial. Sementara itu, pendekatan berbasis kebebasan bertujuan membentuk individu yang kritis, kreatif, dan berperan aktif dalam membangun masyarakat demokratis. Namun, pendekatan berbasis ekonomi yang terlalu dominan dapat memperbesar kesenjangan sosial, seperti dilaporkan UNESCO (2021), di mana kelompok marjinal semakin tertinggal, sedangkan pendekatan kebebasan menghadapi tantangan berupa investasi besar dan hasil jangka panjang yang sulit diukur secara ekonomi. Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed juga menegaskan pentingnya pendidikan dialogis yang membangun kesadaran kritis, sejalan dengan pandangan Nussbaum tentang peran pendidikan untuk kebebasan. Solusi terbaik adalah menciptakan keseimbangan antara keduanya, di mana pendidikan tidak hanya meningkatkan produktivitas ekonomi, tetapi juga membekali individu dengan kemampuan berpikir kritis, empati, dan nilai-nilai demokrasi. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi alat transformasi yang memberdayakan individu sekaligus membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan sejahtera. Untuk mewujudkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada profit tetapi juga membangun kebebasan berpikir, penerapan equity pedagogy menjadi sangat penting, terutama dalam konteks pendidikan multikultural. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap siswa, tanpa memandang latar belakang budaya, memiliki akses yang adil dan kesempatan yang sama untuk berkembang dalam lingkungan belajar yang inklusif dan menghargai keberagaman.

"Pentingnya Equity Pedagogy dalam Menyongsong Pendidikan Multikultural yang Inklusif"

Ilustasi Pentingnya Penerapan
Ilustasi Pentingnya Penerapan "Equity Pedagogy" dalam Sistem Pendidikan di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/544091198712770942/)

Equity pedagogy adalah pendekatan pendidikan yang menekankan inklusivitas dan keadilan, bertujuan menciptakan lingkungan belajar di mana siswa dari berbagai latar belakang budaya dapat berkembang secara maksimal. Cherry A. McGee Banks dan James A. Banks mendefinisikannya sebagai strategi yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk sikap untuk mendukung masyarakat yang adil dan demokratis. Dalam konteks pendidikan multikultural di Indonesia, pendekatan ini sangat relevan untuk mengatasi tantangan ketidaksetaraan yang masih terjadi, seperti perbedaan fasilitas antara sekolah di perkotaan dan pedesaan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan internasional, equity pedagogy membantu siswa memahami keberagaman budaya sekaligus mengkritik asumsi-asumsi dominan dalam sistem pendidikan. Pendekatan ini juga meningkatkan interaksi sosial di lingkungan kelas yang multikultural dengan menciptakan ruang belajar yang inklusif, bebas diskriminasi, dan sensitif terhadap keberagaman ras, gender, dan kelas sosial. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan reflektif, menciptakan suasana belajar yang menghargai perbedaan. Implementasi equity pedagogy di Indonesia tidak hanya penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga mendukung pembangunan masyarakat yang inklusif. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini ke dalam kurikulum nasional, Indonesia dapat mencetak generasi yang kompeten secara akademik dan memiliki kesadaran sosial tinggi untuk menghadapi tantangan global. Untuk mencapai implementasi equity pedagogy yang efektif, pendekatan antropologi pendidikan menjadi krusial karena mampu mengkaji hubungan antara budaya, sistem pendidikan, dan dinamika sosial secara mendalam. Pendekatan ini memberikan wawasan tentang bagaimana pendidikan dapat disesuaikan dengan konteks lokal yang beragam di Indonesia, sehingga menciptakan solusi bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

"Mengintegrasikan Antropologi Pendidikan untuk Mewujudkan Pembangunan yang Inklusif di Indonesia"

Ilustrasi Keberhasilan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/689613761687274808/)
Ilustrasi Keberhasilan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia (Sumber: https://id.pinterest.com/pin/689613761687274808/)

Antropologi di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, bagaimana peran disiplin ini dalam mendukung pembangunan nasional? Untuk menerapkan ilmu antropologi dalam pembangunan Indonesia, terdapat keterkaitan antara antropologi dengan disiplin ilmu lain, seperti sosiologi dan ilmu politik. Peran antropologi dalam pembangunan nasional dapat dilihat melalui tiga aspek utama: peran para antropolog, pengembangan sistem pendidikan antropologi, dan kontribusi terhadap proses pembangunan di Indonesia (Taqwim, T. M, 2021).

Marzali (2000) menggarisbawahi bahwa dalam menyusun kebijakan pembangunan di Indonesia, para antropolog harus memperhatikan lima landasan utama yang menjadi pedoman dasar, yaitu Pancasila, UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Rencana Pembangunan Lima Tahun (PELITA), serta kebijakan-kebijakan departemen terkait. Pendekatan ini menuntut antropolog untuk mempertimbangkan karakteristik sosial dan budaya dari masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan. Dalam proses merancang program atau kebijakan, penting bagi antropolog untuk memahami konsep-konsep dasar teori pembangunan, sehingga kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, antropologi juga memberikan kontribusi besar dalam pendidikan dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya ke dalam kurikulum, membantu peserta didik mengembangkan pemahaman mendalam tentang keberagaman budaya.

Tidak hanya itu, penerapan konsep antropologi dalam pendidikan juga mencakup berbagai metode yang relevan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan. Pertama, model pembelajaran berbasis budaya lokal diterapkan melalui materi yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memahami dan mengembangkan budaya lokal, sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air dan mempromosikan kekayaan budaya daerah ke luar. Kedua, metode pembelajaran karya wisata melibatkan kunjungan siswa ke tempat tertentu seperti museum, kantor, atau lokasi bersejarah untuk mempelajari realitas kehidupan di lingkungan tersebut. Pendekatan ini membantu siswa memahami kondisi nyata beserta tantangan yang ada, memperkaya pengalaman belajar secara langsung. Ketiga, metode pembelajaran modelling menggunakan guru sebagai model untuk menunjukkan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat ditiru oleh siswa. Tujuan utama modelling adalah mengembangkan keterampilan fisik dan mental siswa untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif.

Dengan mengaplikasikan antropologi dalam pendidikan, pembangunan Indonesia dapat diarahkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kompetitif di tingkat global tanpa kehilangan jati diri budaya lokal. Antropologi, melalui pemahaman mendalam terhadap masyarakat dan kebudayaan, mampu memberikan panduan bagi pembentukan kebijakan yang inklusif, efektif, dan berkelanjutan. Hal ini memungkinkan pendidikan untuk menjadi sarana strategis dalam mencetak generasi yang berdaya saing sekaligus berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Namun, apakah pendekatan antropologi dalam menjawab tantangan pendidikan di Indonesia dengan memanfaatkan kekayaan budaya sebagai kekuatan untuk membangun sistem pendidikan yang relevan dengan tantangan global adalah solusi terbaik?

Daftar Pustaka

Anderson-Levitt, K. M. (2011). Anthropologies of education: A global guide to ethnographic studies of learning and schooling. Berghahn Books.

Cherry A. McGee Banks, and James A. Banks (1995). Equity Pedagogy: An Essential Component of Multicultural Education, Theory into Practice, 34(3), pp. 152-158

Edupost. (2016, April 28). Pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-57 dunia versi OECD. Diakses dari http://edupost.id/internasional/pendidikan-indonesia-berada-di-peringkat-ke-57-dunia-versi-oecd/

Fajarini, U. (2021). Antropologi Pendidikan (Cetakan ke-1). Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Farihah, I. (2021, January 13). Mirisnya Pendidikan di Indonesia - Kompasiana.com. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/indahfarihah0903/5ffe61748ede4823b3259c62/mirisnya-pendidikan-diindonesia

Freire, P. (2000). Pedagogy of the oppressed (M. B. Ramos, Trans.; 30th Anniversary ed.). Continuum. (Original work published 1970)

Hutabarat, R. (2017, Maret 20). Kondisi sistem pendidikan Indonesia di mata dunia. Kompasiana. Diakses dari https://www.kompasiana.com/ronaldhutasuhut/kondisi-sistem-pendidikan-indonesia-di-mata-dunia_58cf84514ef9fdba0f702892

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mahmud, Ija Suntana. 2011. Antropologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Martha C. Nussbaum (2009). Education for Profit, Education for Freedom. Retrieved from: https://www.aacu.org/publications-research/periodicals/education-profit-education-freedom-0

Marzali, Amri. 2000. "Pendidikan Antropologi dan Pembangunan Indonesia". Artikel pada Jurnal Antropologi Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Spindler, George D. 2011. "Anthropology and Education: An Overview" in The Anthropology of Education: Classic Reading. Edited by David Julian Hodges. Hunter College (City University of New York).

Taqwim, T. M. (2021, June 2). ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DAN MENGAPLIKASIKAN DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. https://doi.org/10.31219/osf.io/w8jsr

Torwoto. 2002. Antropologi Pendidikan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

UNESCO. (2021). Global Education Monitoring Report 2021/2: Inequality in Education.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun