Mohon tunggu...
Muhammad Randy
Muhammad Randy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Koordinator Chapter Langkah Hary Tanoesoedibjo Berbicara tentang Indonesia

10 Juni 2016   15:55 Diperbarui: 10 Juni 2016   16:02 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koordinator Nasional bersama seluruh Koordinator Chapter Langkah Hary Tanoesoedibjo

Seluruh Koordinator Chapter Langkah Hary Tanoesoedibjo berkumpul di Jakarta pada tanggal 9-10 Juni 2016. Agenda pertemuan kali ini adalah untuk memperkuat koordinasi LHT Nasional dengan LHT Chapter se-Indonesia. Selain itu, para koordinator chapter berbagi cerita dan pandangan mengenai banyak hal yang terjadi di daerah maupun tentang isu-isu nasional yang sedang diperbincangkan.

Dalam suasana diskusi yang kritis namun tetap hangat, Koordinator LHT Chapter Bandung, Febriantoro, mengungkapkan kegelisahannya mengenai invasi budaya asing yang semakin mempengaruhi dan diterima nyaris tanpa filtrasi oleh anak muda Indonesia. Melalui globalisasi yang niscaya, invasi budaya dari luar terutama yang tidak sejalan dengan kultur Indonesia semakin tidak dapat dihindari.

Hal ini yang mengusik pikiran Toro, panggilan akrab Febriantoro. Padahal menurut Toro lokalitas merupakan sendi-sendi kebangsaan yang mutlak dan juga sebagai elemen pembangun Bhineka Tunggal Ika. Toro menekankan pada pentingnya menjaga nilai-nilai dan kearifan lokal agar anak muda memiliki akar sejarah dan jejak peradaban yang kokoh.

Gagasan Toro disambut baik oleh Riswan, Koordinator LHT Chapter Medan. Menurut Riswan, anak muda hari ini terutama di Sumatera Utara, sudah semakin terasing dari identitas kebangsaannya. Tidak sedikit pelajar dari sekolah unggulan yang tidak hapal teks Pancasila dan doktrin-doktrin kebangsaan lainnya. Dekadensi tersebut secara simultan memberikan suasana pergaulan anak muda yang semakin jauh dari nilai-nilai luhur yang selama ini dijunjung oleh generasi pendahulunya.

Akibatnya, akhir-akhir ini marak kasus-kasus “luar biasa” yang melibatkan ‘civitas academica’ di lingkungan pendidikan. Selain tawuran dan bullying antar pelajar, ada juga kekerasan yang dilakukan oleh murid pada murid dan sebaliknya. Beberapa kasus ironis juga terjadi belakangan ini, semisal guru yang dipidanakan karena disangka melakukan tindakan kekerasan, diskriminatif, atau tidak menyenangkan.

Oleh karena itu, Riswan berencana untuk mengadakan sosialisasi dan penguatan nilai-nilai kebangsaan dengan mengunjungi sekolah-sekolah. Selain itu untuk menyalurkan potensi anak muda, LHT Chapter Medan juga akan membuat pelatihan jurnalistik digital bekerja sama dengan beberapa pihak yang kompeten di bidang tersebut.

Seiring dengan gagasan Toro dan Riswan, David dan Swandi dari Malang menjawab kegelisahannya dengan mendirikan Gubuk Belajar Kita. Melihat fakta bahwa masih banyak anak yang putus sekolah, mereka bertekad untuk memberikan kontribusi dengan memberikan pendidikan yang menyenangkan untuk anak-anak di daerah Muharto yang terkenal sebagai pemukiman padat dan kumuh.

Semoga langkah-langkah mereka bisa dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat sekitar dan menjadi motivasi bagi anak muda lainnya untuk satukan langkah, sejahterakan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun