Islamic State Iraq and Syria (ISIS) menyatakan bertanggungjawab atas pengeboman di Jalan MH Thamrin, tepat di sekitar pusat perbelanjaan Sarinah dan beberapa titik lain di Jakarta. Kerugian materil dan imateril harus ditanggung rakyat Indonesia sebagai korban atas teror yang dilakukan kaum radikal tersebut. Alhasil, Jakarta pun dinyatakan siaga I.
Indonesia yang diselimuti duka mendalam mengalami beberapa kerugian besar. Diantaranya adalah jatuhnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) yang mencapai 13.981 per USD. Tidak hanya itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 1,72 persen.
Kondisi keamanan Jakarta sebagai ibu kota, pusat pemerintahan, dan pusat perekonomian Indonesia sedikit banyak akan berdampak pada investasi. Hal itu diungkapkan CEO MNC Griup Hary Tanoesoedibjo. Logikanya, lanjutnya, para investor tidak akan mempertaruhkan uangnya di negara yang kondisinya tidak kondusif. Ketua Umum Partai Perindo ini juga menyesalkan peristiwa ini karena akan mengubah peta investasi dan bisa jadi investor yang tadinya berminat menanamkan modalnya di Indonesia akan berpikir ulang karena adanya peristiwa ini.
Dia pun menilai teror tersebut akan menambah “pekerjaan rumah” pemerintah yang saat ini sedang berkonsentrasi memperbaiki perekonomian Indonesia. Pria yang akrab disapa HT ini juga menyarankan pemerintah segera kembali mengondusifkan keamanan di Jakarta dan menangkap semua jaringan teroris yang ada di Indonesia.
Menurut penulis, pernyataan HT yang menyarankan pemerintah menangkap dalang teroris ini berkaitan dengan perasaan aman yang dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat bisa trauma dan berpikir bahwa teror selanjutnya bisa terjadi dimana saja, hal ini berkaca dari pengeboman di ibu kota dimana semua titik adalah pusat keramaian.
Selain itu, masyarakat kecil secara luas juga menjadi korban paling dirugikan karena iklim ekonomi yang tidak kondusif. Jika pemerintah tidak segera mengembalikan kepercayaan investor dan memberikan rasa aman bagi para pelaku usaha, maka kegiatan ekonomi pun akan berkurang yang berujung pada inflasi dan menyebabkan makin melemahnya daya beli masyarakat.
“Kita harus sadar bahwa masyarakat kita banyak yang kondisinya sudah susah. Kita harus mampu mengembalikan situasinya kembali normal. Pemerintah harus cepat tanggap mengusut tuntas memberantas sampai tuntas, mutlak ini,” kata HT.
Senada dengan HT, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta pemerintah dan aparat keamanan khususnya Polda Metro Jaya tidak menganggap enteng efek ekonomi setelah aksi teror tersebut. Menurutnya, meskipun jumlah korban dan daya ledak bom dalam aksi teror tersebut tidak sebesar bom Paris, tetapi teror Sarinah bisa berdampak kepada dunia usaha, melesetnya pencapaian pertumbuhan ekonomi, pelemahan rupiah terhadap dolar dan akhirnya juga akan mengancam masa depan nasib buruh.
Perlambatan ekonomi yang terjadi akibat kebijakan upah murah dan efek teror Sarinah juga bisa menyebabkan adanya ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Karena itu, buruh mendesak pemerintah memberikan jaminan keamanan bagi rakyat dan mengembalikan kepercayaan investor, bukan sekedar menebar janji melalui media," tuturnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H