Mohon tunggu...
Muhammad Raja Pandiangan
Muhammad Raja Pandiangan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Negeri Jakarta

Saya Merupakan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ekonomi, Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Moderasi Beragama: Kunci terhadap Kerukunan Umat Beragama

31 Desember 2023   16:55 Diperbarui: 31 Desember 2023   17:38 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah proses pembelajaran dan pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia secara optimal melalui berbagai aktivitas belajar-mengajar. (Suyuti, 2023)

Indonesia memiliki banyak suku, agama, ras, dan budaya yang beragam. Memperkuat moderasi beragama adalah salah satu cara untuk menjaga dan merawat keberagaman, yang merupakan kekayaan dan potensi. Fakta bahwa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dengan berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama, menjadikannya penting untuk memperkuat moderasi beragama. 

Walaupun tidak terdiri dari agama tertentu, Indonesia juga merupakan negara yang agamis. Ini jelas dan dapat dilihat sendiri karena hampir tidak ada aspek keseharian kehidupan rakyat Indonesia yang menyimpang dari prinsip agama. Agama sangat penting di Indonesia sehingga harus terintegrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, moderasi beragama sangat penting untuk dipromosikan di seluruh dunia, di mana agama memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban dunia yang berharga.

Moderasi beragama merujuk pada sikap dan perilaku beragama yang seimbang dan tidak ekstrim baik dalam pemahaman maupun pengamalan. Moderasi beragama penting untuk menjaga keharmonisan dan perdamaian antar keberagaman agama dan budaya di Indonesia. Menciptakan kerukunan umat beragama adalah salah satu dari banyak manfaat moderasi beragama. Kerukunan umat beragama terjadi ketika orang dari berbagai agama dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis, saling menghormati, dan menghargai perbedaan.

Semua orang memahami bahwa pedoman utama agama adalah kitab suci dan wali-wali atau utusan  yang menerima risalah untuk menyebarkan pada umat Manusia. Jika kita tidak memahaminya dengan benar, kita dapat terjebak dalam perangkap di mana kita memahami dua sisi yang pada dasarnya saling melebih-lebihkan. Satu kelompok terlalu berkonsentrasi pada teks itu sendiri tanpa mempertimbangkan konteksnya, yang menyebabkan sikap konservatif atau ultra-konservatif. Kelompok lain terlalu bergantung pada pikiran dan nalar sehingga pemahaman teks selalu bergantung pada konteks, sehingga teks itu sendiri ditinggalkan. Teori liberal dan ultraliberal muncul dari kutub kedua ini, yang sama-sama membahayakan kehidupan agama dalam masyarakat modern.Kelompok agama moderat harus tetap dinamis dengan tetap berada di tengah-tengah ketika kelompok ekstrem ini terus tampil.

Pasal 29 Undang-Undang Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang  Maha Esa dan Negara menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Pasal  ini memberikan dasar dan kewajiban bagi Negara untuk menjamin kemerdekaannya dalam dua hal: kebebasan menganut suatu agama dan kebebasan berdoa menurut keyakinannya. Indonesia sendiri  mempunyai hubungan yang unik antara agama dan negara. Indonesia bukanlah negara sekuler dan bukan pula negara agama yang menganut agama tertentu. 

Oleh karena itu, negara memposisikan dirinya dalam kaitannya dengan agama dalam tiga bidang: pertama, dengan menjamin  dua kebebasan: kebebasan memeluk agama dan kebebasan beribadah menurut keyakinannya. Kedua, negara menjunjung tinggi agama dan tidak bisa mengabaikan urusan agama masyarakatnya. Negara juga tidak bisa ``memaksa'' warganya untuk melakukan perilaku keagamaan tertentu. Ketiga, memberikan pedoman dalam kehidupan beragama, seperti menyelenggarakan pertemuan Isbat, penyelenggaraan haji, pendirian tempat ibadah, dan lain-lain. Meski pedoman ini  tidak bisa ditegakkan, agama itu sendiri selalu bisa  dilihat  dari dua sudut pandang yang berbeda. 

Pertama, cara pandang kelembagaan formal  yang  menyebabkan pendekatannya selalu bersifat disjungtif, termasuk perbedaan paham yang ada dalam agama-agama itu sendiri, seperti Islam, Kristen, hingga memandang agama-agama seperti Hindu sebagai institusi formal. Kedua, perspektif esensial atau substantif, yang  menitikberatkan pada pengajaran nilai-nilai  yang cenderung sama dan tidak membanding-bandingkan keberagaman agama yang satu dengan agama yang lain. Sebab, inti fundamental ajaran agama  pada  dasarnya sama: kemanusiaan, keadilan, persamaan di depan hukum, penghormatan terhadap hak  asasi manusia, dan nilai-nilai universal lainnya.

Pemahaman akan pentingnya moderasi sebagai kunci dari kerukunan umat beragama akan mendorong sikap saling menghormati dan menghormati dalam masyarakat dengan memegang teguh prinsip bahwa meskipun kita berbeda agama, budaya, ras, dan suku, kita tetap bisa hidup damai dan hidup berdampingan secara harmonis.Slogan nasional Indonesia adalah “Binneka Tungal Ika”, walaupun mempunyai arti yang bermacam-macam, namun pada hakikatnya Indonesia tetap satu bangsa, yaitu negara kesatuan Republik Indonesia. Moderasi beragama penting karena apa pun masalah agama yang kita hadapi bersama, akan lebih efektif jika kita menemukan kompromi yang memberikan solusi yang saling menguntungkan. Dalam konteks pluralitas agama di Indonesia, moderasi beragama menjadi penting dan berkaitan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai Pancasila dan hukum yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Pemerintah Indonesia menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu program prioritas nasional, yaitu prioritas di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Kementerian Agama. Dengan ini menunjukkan bahwa Masyarakat dan pemerintah  menyadari pentingnya moderasi beragama untuk menjaga dan mempertahankan keberagaman bangsa ini. 

Keragaman muncul sebagai hasil dari kemampuan manusia untuk menafsirkan pesan agama. Jika pemahaman dan penafsiran yang muncul tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, tentu akan terjebak pada pemahaman yang mengarah pada tindakan yang berlebihan. Mari mewujudkan Moderasi beragama sebagai kunci terciptanya kerukunan umat beragama. Dengan moderasi beragama, kita dapat mewujudkan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun