Justru sebaliknya, karena kedudukan beragama berada di atas segalanya, maka konflik-konflik tersebut sangat disayangkan terjadi. Kenapa? Karena, adanya konflik-konflik tersebut menjadi bukti atas sebuah ungkapan, "Indonesia adalah negara dengan populasi Islam terbanyak di dunia, tetapi (penganutnya) tidak islami, alias Islam KTP".Â
Sangat ironis, masyarakat muslim Indonesia belum dapat menjalankan hablu mina al-naas (bersosialisasi dan bertoleransi) dengan baik, khususnya pada saat itu.
Padahal, indahnya toleransi itu nyata adanya. Dan seyogyanya tidak bosan dengan keindahan bertoleransi. Semangat Bineka Tunggal Ika harus tetap membara di setiap hati bangsa Indonesia.
_________________________________
Daftar Rujukan :
Hasim, Moh. (2012). "Syiah: Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia", HARMONI: Jurnal Multikultural & Multireligius, hlm. 29-31.
Ibhu. (2012). "Kronologi Persekusi Syiah Sampang". Diakses melalui Kronologi Persekusi Syiah Sampang -- YLBHU, pada Juni 2022.
Ida, Rachmah & Dyson, Laurentius. (2015). "Konflik Sunni-Syiah dan Dampaknya Terhadap Komunikasi Intra-Religius pada Komunitas di Sampang-Madura", Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. Vol. 28, No. 1, hlm. 33-49.
Sajari, Dimyati. (2015). "Fatwa MUI tentang Aliran Sesat di Indonesia (1976-2010)". MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. Vol. 39, No. 1, hlm, 47-48.
Wahid, Ramli Abdul. (2017). "Aliran Minoritas dalam Islam di Indonesia", Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies. Vol. 1, No. 2, 2017, hlm. 143-145, 156-158.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H