Mohon tunggu...
Muhammad Raihanaufal Widrawan
Muhammad Raihanaufal Widrawan Mohon Tunggu... Lainnya - Raihan

Love Reading

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Self-Diagnose

26 September 2021   21:41 Diperbarui: 26 September 2021   21:42 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SELF-DIAGNOSE 

Di jaman sekarang terutama di internet semua hal mudah dicari seperti cara memasak, belanja online dll. Apakah hal tersebut selalu menjadi hal yang positif? Tentu saja hal tersebut tidak banyak orang menggunakan hal tersebut justru meruju ke hal yang negatif seperti mengakses pornografi, menghack situs, bahkan mencari penyakit kejiwaan. Seperti Self-Diagnose

Apa itu Self-Diagnose? Mengutip dari https://scholar.google.co.id/citations?user=C2SgilcAAAAJ&hl=en&oi=sra

"Adalah mengenali, mengakui, memahami, dan memperbaiki permasalahan yang ada, dimana siswa mendiagnosa solusi dari suatu permasalahan yang telah diselesaikan secara mandiri"

https://psikologi.unisba.ac.id/artikel-kegiatan-psycreticle-self-diagnose-muhammad-lazuard-ramdhani-10050017102/

"Adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang anda dapatkan secara mandiri, misalnya dari teman atau keluarga,bahkan pengalaman sakit di masa lalu "

Sebaiknya hal tersebut harus dilakukan oleh ahlinya , jika kita mengalami gangguan psikis atau mengalami hal tersebut hubungi psikolog atau psikiater terdekat. Kenapa kita harus ke Psikolog atau Psikiater? Karena hal tersebut harus ditangani oleh professional dan tentunya Ketika hasilnya tidak akurat hal tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Ketika kita mencari tau di internet belum tentu hal tersebut benar, Bisa saja diagnose yang diberikan itu salah bahkan tidak dipertanggungjawabkan.

Mengutip dari www.whiteswanfoundation.org

" Self-diagnosing is the process of diagnosing your illness, whether phsycal or mental, on the basis of past experiences or information avaible on popular media, such as internet or books".

Dikebanyakan masyarakat sering mengdiagnosa diri padahal belum tentu mereka mengalami hal tersebut hanya karena mereka membaca di internet seperti gejala-gejala depresi kemudian melakukan self-diagnose lalu mengsugesti diri seolah terkena gejala tersebut. Seharusnya kita tidak melakukan itu sendirian karena mengenai diagnose penyakit mental hanya dilakukan oleh ahlinya dan tidak meremehkan kasus tersebut. Dikarenakan sering membuat orang-orang terkadang merasa memiliki penyakit kejiwaan yang sebenarnya tidak ada malah mengabaikan penyakit lainya jika salah mengdiagnose.

Maka dari itu mencari tau Self-Diagnose harus mengerti aturan serta tata cara mendiagnosa dari Psikolog dan Psikiater. Karena hal yang bukan ahlinya atau awam jika kita mencari tau tanpa memiliki ilmu tersebut, Penanganan yang dilakukan oleh yang ahlinya lebih pasti dan akurat daripada kita membaca di internet atau dari orang yang tidak bersetifikat sebagai Psikolog atau Psikiater

Dampak Self-Diagnosis Pada Kesehatan Mental

Salah satu dampak Self-Diagnosis seperti kekhwatiran yang tidak perlu, kepala pusing lalu berujung pada gangguan kecemasan umum, Selain itu gangguan Kesehatan mental lainnya.Karena gangguan mental tidak muncul hanya satu tetapi disertai gangguan mental lainnya, Misalnya Ketika kita merasa cemas dan berasumsi mengalami kecemasan tetapi bisa saja kita menutupi penyakit mental lainnya seperti depresi karena dua hal ini memiliki kesamaan. Jangan kita melakukan Self-Diagnose sendirian karena menggunakan penganan oleh professional lebih baik dan memberikan efek signifikan untuk pemulihan penyakit mental

Karena dengah mudah kita mengakses internet tentang penyakit mental, Alangkah baiknya kita tidak mengdiangnose diri Ketika memiliki gejala yang kita baca di internet melainkan konsultasi dengan Psikolog atau Psikiater.

Referensi:

Petter, O. (2017, Oktober 10). WORLD MENTAL HEALTH DAY: IS IT POSSIBLE TO SELF-DIAGNOSE DEPRESSION? Retrieved Oktober 12, 2019, from independent.co.uk: https://www.independent.co.uk/life-style/world-mental-health-day-2017-depression-self-diagnose-is-it-possible-advice-a7992786.html

Pillay, S. (n.d.). The Dangers of Self-Diagnosis: How self-diagnosis can lead you down the wrong path. Retrieved Oktober 12, 2019, from Pschologytoday.com: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/debunking-myths-the-mind/201005/the-dangers-self-diagnosis

Why The Internet Cannot Diagnose Your Mental Illness. (n.d.). Retrieved Oktober 12, 2019, from www.whiteswanfoundation.org: https://www.whiteswanfoundation.org/article/self-diagnosing-of-mental-illness/

https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental

SitiH., SuwarmaI. R., & JauhariA. (2020). Integrasi Kegiatan Self-diagnosis pada Pembelajaran Hukum Pascal Menggunakan Pendekatan STEM. SAINTIFIK, 6(1), 14-21. https://doi.org/10.31605/saintifik.v6i1.241

Muhammad Raihanaufal Widrawan

202110230311475

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun