Palestina akan mengubah kelemahan menjadi kekuatan seperti yang dikatakan oleh Syeikh Ahmad Yasin bahwa: Beliau telah merubah kelemahan rakyat Palestina menjadi kekuatan yang kini tidak bisa diremehkan Israel dan Amerika. Dalam konteks sejarah Palestina, 15 desember 1987 adalah periode yang terjadi dalam gerakan perlawanan Islam yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Yasin. Pada masa ini muncul berbagai peristiwa perjuangan, baik bersifat sosial, ekonomi dll. Ada beberapa Keberhasilan atau kesuksesan selama adanya pergerakan pembebasan Islam (Hamas) dari cengkraman Yahudi (Anwar, 2008).
Palembang - Gerakan perlawanan Islam diSyeikh Ahmad Yasin telah berjuang dan melawan dalam kebaikan bersama Harakah Al-Muqawwamah AlIslamiyah (Hamas). Hamas adalah tentara-tentara Allah. Hamas telah berkali-kali menegaskan kepada segenap bangsa Palestina dan juga kepada bangsa-bangsa Arab di seluruh dunia bahwa Hamas tidak bermaksud mengejar popularitas pribadi, keuntungan materi dan status social (Kumoro, 2009).
Hamas yang dimaksud tentara-tentara Allah adalah seluruh alam semesta yaitu langit dan bumi termasuk didalamnya segala ciptaan Allah baik itu malaikat, manusia, binatang, jin, segala jenis angin, gempa dan sebagainya. Hamas merupakan salah satu sayap dari ikhwanul muslimin, organisasi Islam terbesar di dunia (Riza, 2007).Â
Secara garis besar peran Hamas tidak anti-perdamaian, namun mereka menekankan perlunya suatu perdamaian yang hakiki: suatu perdamaian yang harus dimulai dari penarikan total pasukan zionis dari tanah air Palestina (Riza, 2007). Hamas bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap tentara Israel dan mendapatkan reputasi sebagai kelompok yang sangat kejam yang tindakan-tindakannya tidak dapat diramalkan (Sukawarsini, 2010).
Hamas sesuai kata asalnya yang terdiri dari huruf Arab Cha', Mim, Alif, dan Sin adalah singkatan dari (Charokatu l-Muqwamati l-Islmiyyah) yakni Gerakan Perlawanan Islam. Jika ditilik dari segi bahasa, lafal Hamas itu sendiri bermakna semangat. Maka perpaduan singkatan dan kepanjangannya mengandung arti dan pesan "Semangat Gerakan Perlawanan Islam" untuk membebaskan wilayah Palestina dari kungkungan penjajahan imperialis Israel.
Hamas lahir tanggal 14 Desember 1987 sebagai "titisan" hasil pengembangan kiprah perjuangan Ikhwanul Muslimin atau Islamic Brotherhood (selanjutnya disingkat IM) yang berpusat di Mesir (Prabowo, 2013). Karena itu, untuk mengenali lebih dalam Hamas itu sendiri, kiranya perlu mengenali lebih dahulu perihal IM tersebut.
Organisasi IM adalah prasarana gerakan Islam yang diprakarsai oleh seorang ulama kharismatik, Hasan alBanna. Di Ismailiyah, Mesir, pada bulan April 1928 IM lahir, saat dunia Islam terpuruk pasca Perang Dunia I (1913) karena Kaisar Ottoman atau Khilafah Ustmaniyah runtuh (1924) dan negerinegeri Islam dijajah bangsa Eropa.Â
Terabaikannya Islam, tercerai-berainya umat, kejumudan berfikir, dan merajalelanya khurafat, takhayul, taqlid buta di kalangan mayoritas muslim telah mendorong kuat Hasan al-Banna menyerukan kepada umat untuk kembali kepada al-Quran dan Sunnah. Beliau juga mengajak umat Islam untuk menerapkan syariat Islam dalam setiap aspek kehidupan serta mereformasi moral dan sosial. Hasan al-Banna juga menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Islam gagasan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha (Romli, 2000).
Semenjak awal berdiri, IM bergerak di bidang pendidikan, da'wah, sosial dan militer. IM giat menyelenggarakan pemberantasan buta huruf, mencetakedarkan penerangan agama, menerbitkan buletin, membangun pabrik, poliklinik, masjid, sekolah, dan pelatihan militer. Maka tidak mengherankan jika pada perang Arab-Israel banyak aktivis IM ikut berpartisipasi.
Hal seperti itu melahirkan image IM sebagai "negara di dalam negara". Pasca Perang Dunia II, IM menjelma menjadi organisasi politik yang militan dan aktif menentang pemerintah Mesir yang sekuler, hingga akhirnya pada bulan Nopember 1948 dikebekukan oleh PM Mesir, Fahmi Naqrasyi.Â
Pada bulan berikutnya, Desember 1948, Naqrasyi diculik dan dibunuh. IM pun dituduh sebagai dalang penculikan itu, dan para tokohnya banyak ditangkapi dan atau dideportasi ke negaranegara Arab lain. Kepindahan mereka di luar Mesir tidak membuat semangat mereka padam, mereka justru melanjutkan perjuangan di negara-negara Arab tersebut (Romli, 2000).