Dikutip informasi dari Pemerintah Daerah DIY bahwa Malioboro dimaknai sebagai perjalanan menjadi wali (mali) dan 'oboro' yang berarti mengembara. Secara singkat, Kawasan Malioboro yang terdiri dari dua nama jalan utama yakni Margo Mulyo dan Margo Utomo, adalah bagian dari konsep Sangkan Paraning Dumadi atau perjalanan manusia dari lahir hingga Kembali kepada sang pencipta yang sering dikenal dengan garis imajiner yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu Tugu Pal Putih, Kraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak.
 Dikutip dari informasi detikjateng pada abad ke- 19 pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai pusat perekonomian. Kemudian Malioboro mulai popular pada era kolonial (1790-1945). Ketika pemerintah Belanda membangun sebuah benteng Bernama Benteng Vredeburg tahun 1790 yang terletak di ujung selatan Malioboro.
Keistimewaan Jalan Malioboro yang bisa dirasakan sampai sekarang tidak lepas dari saksi bisu atas perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Yang kita kenal dengan pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yaitu peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Kawasan Jalan Malioboro hingga saat ini tetap dijadikan sebagai pusat kehidupan Masyarakat Jogja dengan mempertahankan konsep dan model aslinya dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H