Banyak orang terjebak dalam membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, hanya karena pengaruh iklan atau tekanan sosial.
Misalnya, ada kecenderungan untuk membeli barang elektronik terbaru atau pakaian trendi meski barang yang ada sebelumnya masih berfungsi dengan baik.
Dalam kerangka slow living, pendekatan ini harus dievaluasi ulang. Meningkatkan pemahaman keuangan berarti memahami mana yang benar-benar perlu dibeli dan mana yang bisa ditunda atau dihindari.
Ketika seseorang lebih sadar akan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, maka ia akan lebih mudah membuat keputusan keuangan yang bijaksana yang pada akhirnya dapat mengurangi utang dan meningkatkan tabungan.
Kendati demikian, memisahkan kebutuhan dan keinginan bukanlah hal yang mudah. Di sinilah peran pendidikan keuangan menjadi penting.
Selain itu, banyak orang tidak dilatih sejak dini untuk mengelola uang dengan bijak sehingga mempengaruhi kehidupannya.
Oleh karena itu, langkah pertama dalam meningkatkan pemahaman keuangan dalam konteks slow living adalah dengan memperoleh pengetahuan dasar tentang pengelolaan uang seperti anggaran, tabungan, investasi, dan cara menghindari utang konsumtif.
Memanfaatkan Anggaran untuk Mencapai Keseimbangan
Meski begitu, salah satu cara paling efektif untuk menerapkan pemahaman keuangan dalam slow living adalah dengan membuat anggaran.
Anggaran bukanlah sebuah alat yang membatasi kebebasan finansial, melainkan alat yang membantu seseorang merencanakan keuangan dengan lebih bijaksana.