Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia | Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Nasional

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Islam, Oligarki, dan PMII

7 Januari 2025   21:17 Diperbarui: 8 Januari 2025   00:52 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PB PMII 2024-2027, liratv.id

Prinsip zakat, sedekah, dan larangan riba merupakan fondasi yang bertujuan mengurangi ketimpangan sosial.

Namun kronisnya adalah meski nilai-nilai ini diakui, tetapi oligarki di Indonesia tetap menjadi masalah serius yang berlawanan dengan semangat tersebut.

Oligarki yang merujuk pada kekuasaan segelintir orang yang menguasai sumber daya ekonomi dan politik, telah menciptakan kesenjangan yang semakin tajam di tengah mayoritas Muslim yang hidup dalam kondisi rentan.

Oligarki merupakan Ancaman bagi Keadilan Sosial

Oligarki di Indonesia tumbuh subur pasca reformasi, meski awalnya gerakan reformasi 1998 dimaksudkan untuk mendemokratisasikan negara serta menghapus korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sumber: Ilustrasi kompas.com
Sumber: Ilustrasi kompas.com

Sayangnya, transisi demokrasi ini justru membuka ruang baru bagi elite ekonomi-politik untuk memperkuat cengkeramannya.

Mereka memanfaatkan kelemahan sistem hukum, partai politik, dan lembaga negara untuk mempertahankan privilese atau status quo tersebut.

Penguasaan oligarki terhadap sektor ekonomi tidak hanya menciptakan ketimpangan, tetapi juga mengontrol kebijakan publik yang sering bertentangan dengan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam tentang keadilan dan keseimbangan ekonomi seperti yang diidealkan oleh konsep maqashid al-shariah tampak semakin terpinggirkan.

Keterlibatan Muslim dalam struktur oligarki, baik secara langsung maupun melalui kolaborasi politik pragmatis, memperparah situasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun