Di tengah dinamika politik dan ekonomi yang semakin kompleks, muncul sebuah pertanyaan mendasar yang kerap terlupakan, yaitu apakah kita masih mengingat kearifan lokal kita?
Di era globalisasi dengan sistem politik dan ekonomi yang semakin terhubung dan saling bergantung, nilai-nilai tradisional yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita kerap diabaikan.
Padahal, kearifan lokal yang mencakup norma, tradisi, dan kebijaksanaan masyarakat memiliki potensi untuk memberikan solusi yang seimbang bagi tantangan-tantangan besar yang kita hadapi dalam politik dan ekonomi saat ini.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi yang menuntut perubahan cepat, banyak nilai budaya lokal yang semakin tergerus.
Dalam dunia politik, praktik-praktik pemerintahan yang berlandaskan pada kebijakan internasional sering kali lebih mengutamakan keuntungan praktis jangka pendek daripada keadilan sosial dan keberlanjutan.
Dalam ekonomi, model neoliberal yang menitikberatkan pada kapitalisme kerap mengabaikan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam kearifan lokal seperti gotong royong, keberlanjutan, dan pembagian kekayaan secara adil.
Di sinilah integrasi kearifan lokal dalam politik dan ekonomi menjadi sangat penting sebagai penyeimbang yang mampu membawa kebijakan dan praktek yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
Membawa Keberagaman dan Keadilan
Di Indonesia, negara yang kaya akan keberagaman budaya, kearifan lokal memiliki peran penting dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap pemerintahan dan politik.
Tradisi gotong royong yang mengakar dalam banyak suku dan daerah di Indonesia adalah contoh nyata betapa masyarakat lokal cenderung mengedepankan kolaborasi dan kebersamaan dalam mengatasi masalah.