Meskipun sektor jasa dan perdagangan juga mengalami perkembangan yang pesat, namun terkadang kurang didorong oleh kebijakan yang konsisten.
Di sisi lain, rupiah sebagai mata uang yang menjadi simbol kekuatan ekonomi negara sering kali berada di bawah tekanan.
Terlepas dari berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar, rupiah terus berfluktuasi di pasar valas dalam menghadapi dolar Amerika Serikat dan mata uang kuat lainnya.
Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah kerap dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kebijakan moneter Amerika Serikat, ketegangan geopolitik, dan harga komoditas global.
Kendati demikian, masalah internal Indonesia juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Mulai dari defisit transaksi berjalan hingga ketergantungan terhadap impor yang masih tinggi.
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan tidak cukup hanya Angka
Di balik anggapan umum bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah indikator keberhasilan, namun kenyataannya tidak sesederhana itu.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi sering kali diukur dengan indikator makro ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB). Namun angka PDB yang tinggi, tidak selalu mencerminkan pemerataan ekonomi yang sesungguhnya.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah kualitas lapangan pekerjaan, distribusi kekayaan, dan keberlanjutan sumber daya alam yang digunakan.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, Indonesia harus berani merombak paradigma pembangunan ekonomi yang terfokus hanya pada angka-angka semata.