Negara-negara seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia, misalnya, tak hanya bersaing dalam hal pengaruh politik, tetapi juga dalam teknologi dan ekonomi.
Kekuasaan bukan lagi hanya tentang militer atau pengaruh diplomatik, tetapi juga tentang siapa yang memiliki kontrol atas teknologi dan informasi.
Negara-negara ini berusaha menguasai pasar global, mempengaruhi kebijakan internasional, dan sering kali merancang strategi yang merugikan negara lain demi menjaga posisi mereka di puncak hierarki global.
Namun, konflik kekuasaan tidak terbatas pada level internasional saja. Di dalam negeri, persaingan untuk meraih posisi kekuasaan sering kali memicu ketegangan, baik di dalam partai politik, antar kelompok, atau bahkan dalam keluarga dan masyarakat.
Kekuasaan memberikan akses pada sumber daya, dan siapa yang menguasai sumber daya itu, maka dialah yang memiliki kontrol atas kehidupan banyak orang.
Di sinilah kita bisa melihat bagaimana ketegangan antar individu atau kelompok bisa semakin memburuk, ketika mereka merasa terancam oleh ambisi kekuasaan yang saling bertentangan.
Mesin Penggerak Perang Modern
Tak bisa dipungkiri, uang adalah alasan utama di balik banyak konflik. Uang menggerakkan hampir semua hal dalam kehidupan kita. Mulai dari politik, bisnis, hingga sosial.
Di dunia yang semakin kapitalistik ini, uang menjadi simbol dari keberhasilan, status, dan kekuasaan. Ketika uang menjadi pusat perhatian, orang-orang akan berusaha melakukan apapun untuk mendapatkannya, dan tak jarang hal ini berujung pada konflik.
Kesenjangan ekonomi adalah salah satu contoh nyata bagaimana uang bisa menjadi sumber perpecahan.