Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menyambut Tahun Baru di Tanah Rantau Jakarta

31 Desember 2024   19:28 Diperbarui: 1 Januari 2025   01:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: casaindonesia.com

Tahun baru seperti halnya musim peralihan, tentunya selalu menjadi momen yang penuh makna.

Untuk mengingat yang telah berlalu, merencanakan yang akan datang, dan merenungkan perjalanan hidup.

Bagi banyak orang di Jakarta, momen menyambut tahun baru bukan hanya soal pesta kembang api atau perayaan dengan teman-teman, tetapi juga soal refleksi, harapan, dan keresahan yang datang dengan hidup di tanah rantau.

Jakarta, sebagai (mantan) ibu kota negara yang menjadi pusat perekonomian, budaya, dan segala jenis dinamika sosial, sering kali menjadi tempat yang menawarkan segala kemungkinan bagi para pendatang.

Sebagai kota yang menyedot berbagai orang dari seluruh penjuru Indonesia, Jakarta tak hanya sekedar menjadi tempat tinggal, melainkan sebagai simbol perjuangan, pencapaian, dan kegagalan.

Di tanah rantau ini, tiap tahun baru tak hanya sekedar detik-detik pergantian kalender, tetapi juga tentang jeda waktu yang mengajak kita menilai ulang hidup, mencari makna, dan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang sudah saya capai di sini dan apa yang saya harapkan dari tahun yang baru?"

Kota Penuh Kontradiksi

Sebagai seorang perantau, Jakarta adalah kota yang menawarkan beragam kontras. Di satu sisi, Jakarta adalah kota yang penuh dengan peluang. Layaknya magnet besar, kota ini menarik siapa saja yang mencari pekerjaan, kehidupan yang lebih baik, atau kesempatan untuk mewujudkan mimpi.

Di sisi lain, Jakarta juga dikenal dengan kemacetan yang tak ada habisnya, polusi udara yang menghantui, serta ketimpangan sosial yang semakin lebar.

Kota ini seperti sebuah panggung besar tempat para 'pejuang' hidup untuk saling berlomba menjadi yang terbaik, dan terkadang mengorbankan banyak hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun