Namun demikian, pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan dalam beberapa dekade terakhir, meskipun masih ada ketimpangan yang signifikan dalam hal kualitas dan akses.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bank Dunia, bahwa Indonesia berada di peringkat yang cukup rendah dalam hal kualitas pendidikan dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lainnya (World Bank, 2020).
Ketimpangan ini terlihat jelas antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta antara wilayah Jawa dan luar Jawa. Selain itu, kualitas pengajaran dan kurikulum yang ada juga belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang semakin dinamis.
Kurikulum yang tidak relevan dengan tuntutan industri modern bisa menyebabkan lulusan pendidikan tinggi kesulitan dalam mencari pekerjaan, utamanya bagi mereka yang memiliki kehendak pekerjaan sesuai dengan fashion-nya.
Dalam hal ini, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk berkolaborasi dalam merancang kurikulum yang lebih aplikatif dan berbasis keterampilan agar generasi muda siap menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.
Tantangan Ekonomi dan Peran Generasi Muda
Di sisi lain, ekonomi Indonesia seperti banyak negara berkembang lainnya, masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pengangguran dan ketimpangan pendapatan.
Laporan Organisasi Buruh Internasional (2022) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan pemuda di Indonesia masih cukup tinggi, meskipun terdapat peningkatan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja.
Salah satu penyebab utamanya adalah adanya gap antara keterampilan yang dimiliki oleh generasi muda dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Banyak lulusan sekolah dan perguruan tinggi yang kesulitan memperoleh pekerjaan yang layak karena kurangnya keterampilan teknis dan soft skills yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Sementara itu, sektor ekonomi Indonesia mengalami transformasi yang pesat dengan sektor-sektor digital dan teknologi yang semakin mendominasi.