Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prediksi Ekonomi Politik Indonesia 2025

8 Desember 2024   14:04 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:23 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingin tahu lebih lanjut? Cobalah perhatikan kebijakan energi yang masih berbasis subsidi. Meski pemerintah mengklaim ingin beralih ke energi terbarukan, kenyataannya subsidi bahan bakar fosil tetap menjadi kebijakan favorit yang memberikan keuntungan besar bagi segelintir orang.

Bayangkan saja, alih-alih menginvestasikan uang rakyat untuk sektor yang lebih berkelanjutan, kita justru tetap mengalirkan dana ke dalam lubang hitam subsidi energi yang tak terkontrol.

Mungkin 2025 adalah tahun yang lebih hijau. Dengan pengertian, hijau untuk perusahaan minyak dan gas. Ajaib bukan?

Lebih banyak Koalisi, Lebih sedikit Kebijakan

Apabila Anda berpikir bahwa Pemilu kemarin akan membawa angin segar bagi Indonesia, saya ingin mengingatkan bahwa kita sedang berbicara tentang politik Indonesia, bukan negeri dongeng.

Pada 2025, Indonesia akan melanjutkan tradisi koalisi politik yang rumit dan membingungkan. Presiden telah berjanji akan membawa perubahan dan keberlanjutan, tetapi pada kenyataannya mereka akan kembali terjebak dalam kompromi-kompromi yang lebih mirip "deal politik" daripada upaya nyata untuk memperbaiki kehidupan rakyat.

Koalisi besar dan koalisi kecil akan saling tarik ulur, bukan untuk merumuskan kebijakan yang substantif, tetapi untuk memastikan kursi-kursi kekuasaan tetap berada di tangan mereka. Para politisi akan terus melupakan rakyat dan lebih fokus pada membagi-bagi jabatan dan posisi strategis.

Bahkan, tak jarang kita akan menyaksikan bagaimana politik uang dan politik patronase terus menggerogoti sistem demokrasi yang sudah cukup rapuh ini.

Bagaimana dengan reformasi? Ah, reformasi hanyalah sebuah kata yang dibumbui dengan janji-janji manis yang tak pernah terealisasi.

Pemilu telah berakhir, tetapi masalah-masalah lama seperti korupsi dan nepotisme akan tetap hadir sebagai 'teman setia' yang tidak pernah bosan menyelami politik Indonesia.

Menurut studi oleh LIPI (2024), meskipun Indonesia mengklaim sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, tetapi tingkat partisipasi publik dalam politik dan kepercayaan terhadap lembaga negara terus menurun. Bahkan, hanya 42% dari warga negara yang merasa terlibat secara aktif dalam proses politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun