Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Belajar dari Pilkada DKI Jakarta 2024

29 November 2024   20:56 Diperbarui: 29 November 2024   21:54 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cna.id/indonesia/47-golput-di-pilkada-dki-jakarta-2024-meroket-hampir-25-tertinggi-dalam-sejarah-24906

Salah satu kesalahan strategis yang dilakukan oleh tim kampanye Ridwan Kamil-Suswono adalah mereka terlalu fokus pada aspek personal, namun mengabaikan isu-isu kebijakan yang dapat menarik dukungan luas dari masyarakat.

Dalam kajian politik, strategi kampanye yang terlalu mengutamakan aspek personal atau narasi yang bersifat emosional cenderung mengalihkan perhatian pemilih isu-isu substantif yang lebih penting (Prasetyo, 2018).

Hal ini sangat jelas terlihat dalam Pilkada DKI Jakarta 2024, dimana banyak pemilih lebih tertarik untuk mendengar pemaparan mengenai bagaimana calon akan menangani masalah perkotaan seperti banjir, kemacetan, ketimpangan sosial, ekonomi, layanan publik dan kesehatan, bukan malah status pribadi dengan narasi "janda".

Kelemahan ini menjadi semakin nyata ketika lawan politik mereka lebih fokus pada program-program kebijakan yang lebih konkret dan solusi nyata untuk permasalahan yang terdapat di DKI Jakarta.

Kandidat yang memiliki narasi berbasis pada keberhasilan konkret, baik itu dalam hal pengalaman atau visi kebijakan, cenderung lebih berhasil memenangkan hati pemilih.

Pentingnya Keseimbangan antara Citra Pribadi dan Kebijakan

Dari dinamika Pilkada DKI Jakarta 2024, kita bisa belajar bahwa dalam dunia politik kontemporer terutama dalam konteks pemilihan kepala daerah di kota besar seperti di Jakarta, sangat penting bagi para calon untuk menjaga keseimbangan antara citra pribadi dan substansi kebijakan.

Narasi "janda" yang dibangun oleh Ridwan Kamil-Suswono terbukti hanya menjadi boomerang apabila tidak disertai dengan pemaparan visi dan misi yang jelas serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat.

Pemilih kini semakin cerdas dan lebih kritis, terutama dalam mengidentifikasi apa yang lebih penting daripada citra pribadi yang dibangun dengan narasi tertentu atau kebijakan yang akan membawa perubahan nyata.

Pilkada DKI Jakarta 2024 memberikan pelajaran penting bahwa narasi yang tidak tepat, apalagi yang cenderung mengarah pada stereotip sosial, dapat menjadi faktor yang merugikan dalam sebuah kontestasi politik.

Untuk itu, calon-calon pemimpin harus lebih berhati-hati dalam membangun narasi dan personal branding-nya, serta lebih fokus pada apa yang benar-benar penting bagi pemilih, utamanya dalam menawarkan kebijakan yang efektif dan solusi yang nyata berbasis kebutuhan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun