Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gen Z, Pergaulan Bebas, dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

24 November 2024   18:15 Diperbarui: 24 November 2024   18:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, pergaulan bebas juga dipengaruhi oleh media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan X (dulunya Twitter) memberikan ruang bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang-orang dari latar belakang yang beragam.

Kendati demikian, media sosial juga kerap menjadi tempat dimana stereotip dan tekanan sosial berkembang pesat yang mempengaruhi cara Gen Z memandang hubungan sosial dan moralitas.

Penelitian oleh Smith & Duggan (2013), menunjukkan bahwa meskipun media sosial memungkinkan kebebasan berekspresi, tetapi juga menimbulkan ekspektasi sosial yang tinggi sehingga berpotensi membentuk norma-norma baru yang lebih permisif terhadap pergaulan bebas.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kecenderungan untuk terlibat dalam hubungan seksual di luar nikah atau perilaku berisiko lainnya meningkat di kalangan Gen Z (Benson, 2021). Ini pula bisa menciptakan ketegangan antara kebebasan individu dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat yang seringkali berbasis pada ajaran agama dan tradisi sosial yang ketat.

Gen Z dan Demokrasi Indonesia

Demokrasi Indonesia sejak era reformasi 1998, telah mengalami berbagai perubahan yang signifikan. Salah satunya adalah meningkatnya partisipasi politik generasi muda. 

Gen Z yang saat ini sudah mulai memasuki usia pemilih memiliki potensi besar untuk mempengaruhi arah kebijakan politik dan sosial di tanah air. Tetapi pertanyaannya adalah apakah pergaulan bebas yang lebih permisif di kalangan Gen Z akan memperkuat atau justru mengancam keberlangsungan demokrasi di Indonesia?

Di satu sisi, kebebasan yang dianut oleh Gen Z bisa dilihat sebagai bagian dari kemajuan demokrasi. Dengan pengertian, demokrasi yang sehat membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat, terutama dari kalangan muda yang kritis terhadap status quo. Menurut Huntington (1991), demokrasi yang berkembang memerlukan keterlibatan generasi muda yang mampu membawa pembaruan dan ide-ide segar.

Gen Z dengan keterbukaan dan pemikiran yang lebih global, memiliki potensi untuk memperkuat demokrasi Indonesia. Karena Gen Z lebih terbuka terhadap gagasan plural, kebebasan berekspresi dan kesetaraan, yang merupakan fondasi penting dalam demokrasi yang sehat.

Namun di sisi lain, pergaulan bebas yang kerapkali dikaitkan dengan liberalisme dapat menimbulkan tantangan dalam mempertahankan norma-norma sosial yang menjadi dasar bagi tatanan demokrasi di Indonesia. Karena demokrasi tidak hanya mencakup hak-hak politik, tetapi juga kewajiban untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai sosial yang dapat menjamin kesejahteraan bersama.

Apabila pergaulan bebas semakin mendominasi pola pikir generasi muda, ada kemungkinan norma-norma sosial yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara akan terkikis. Dan pada gilirannya dapat mempengaruhi kestabilan sosial dan politik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun