Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Gen Z, Pengangguran, dan Pilkada Serentak 2024

20 November 2024   12:51 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:02 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi Z. | tirachardz/ Freepik

Di tengah gelombang perubahan sosial dan politik di Indonesia, Gen Z (yang lahir antara 1997-2012) dihadapkan pada tantangan besar. Tidak hanya berkaitan dengan dunia pekerjaan, tetapi juga dengan peran mereka dalam kancah politik nasional dan lokal.

Pilkada serentak 2024 akan dilaksanakan pada 27 November 2024. Pemilihan ini menjadi momen penting dalam menentukan arah politik lokal yang berdampak langsung pada lapangan pekerjaan dan kesejahteraan generasi muda, terutama Gen Z.

Penulis akan mencoba mengkaji hubungan antara tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan Gen Z, tantangan ekonomi yang akan mereka hadapi, dan bagaimana Pilkada serentak 2024 berpotensi menjadi ajang untuk menentukan masa depan Gen Z. Mari kita kaji bersama.

Realitas yang Menghantui

Gen Z memiliki optimisme tinggi terhadap masa depan. Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih berpendidikan, melek teknologi, dan lebih terhubung secara global. Namun kenyataannya, di dunia kerja justru tidak seindah dengan ekspektasi Gen Z.

Pengangguran terbuka di Indonesia, terutama di kalangan lulusan baru terus meningkat. Dan Gen Z merupakan kelompok yang paling merasakan tingkat pengangguran tersebut, yang telah lulus dari tingkat pendidikan tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2023 tercatat mencapai 5,86%, dengan persentase pengangguran terbanyak adalah mereka yang baru lulus pendidikan tinggi (BPS, 2023).

Kondisi ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan Gen Z dan kebutuhan pasar kerja yang semakin kompleks. Banyak perusahaan yang lebih memilih faktor jam terbang, sementara lulusan baru (sebagian besar dari Gen Z) seringkali tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang cukup.

Selain itu, meskipun kemajuan teknologi dan digitalisasi membuka peluang di sektor baru seperti e-commerce, teknologi informasi, dan media sosial, banyak dari mereka yang masih kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia kerja yang bergerak sangat cepat dan kerap tidak stabil.

Sektor pekerjaan seperti gig economy (pekerjaan lepas), walaupun menawarkan kebebasan, namun seringkali tidak memberikan kestabilan finansial dan perlindungan sosial yang memadai (McKinsey & Company, 2022). Hal ini menjadi dilema besar bagi Gen Z yang memiliki tekad kemandirian secara finansial, tapi tetap berjuang untuk menemukan pilihan yang kuat dalam dunia kerja.

Dimensi Politik yang Menentukan Masa Depan Ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun