Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meningkatkan Partisipasi Pemilih Menjelang Pilkada Serentak 2024

17 November 2024   15:45 Diperbarui: 19 November 2024   22:28 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada serentak 2024 akan menjadi momentum penting bagi demokrasi Indonesia. Sebagai salah satu pilar utama dalam sistem politik negara, Pilkada menjadi ajang penting bagi warga negara untuk menentukan pemimpin daerah yang akan membawa berkah atau malapetaka untuk wilayahnya.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, partisipasi pemilih dalam Pilkada cenderung menurun. Hal ini menandakan bahwa perlunya upaya serius untuk meningkatkan partisipasi pemilih, baik dari kalangan muda, pemilih pemula maupun masyarakat secara umum.

Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba mengulas berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pemilih dan menawarkan langkah-langkah strategis yang dapat diambil untuk meningkatkan partisipasi pemilih menjelang Pilkada serentak 2024 yang tinggal menghitung hari. Mari kita ulas.

Faktor Penyebab Rendahnya Partisipasi Pemilih

Rendahnya partisipasi pemilih dalam Pemilu atau Pilkada di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama, kurangnya kesadaran politik di kalangan masyarakat. Banyak pemilih merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak besar terhadap hasil Pemilihan, utamanya pemilih merasa tidak mengenal dan terhubung dengan calon pemimpin yang tersedia.

Seperti yang dikemukakan oleh Lestari, rendahnya kesadaran politik berhubungan dengan minimnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya Pemilihan Umum dalam proses demokrasi (Lestari, 2019).

Kedua, persepsi negatif terhadap politik juga menjadi hambatan utama. Banyak orang merasa bahwa politik adalah ajang atau arena yang kotor, penuh intrik dan drama, serta tidak dapat diandalkan untuk menghadirkan pemimpin yang berkualitas. Hal ini diperburuk dengan maraknya politik uang dan ketidakpercayaan terhadap partai politik serta calon pemimpin yang dianggap tidak representatif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Purwanto, persepsi negatif terhadap politik menjadi salah satu alasan utama bagi masyarakat untuk tidak terlibat dalam proses Pemilihan (Purwanto, 2021).

Ketiga, faktor geografis kerap menjadi masalah terutama di daerah-daerah terpencil. Pemilih di wilayah yang jauh dari pusat administrasi Pemilihan, seringkali kesulitan untuk menggunakan hak pilihnya karena kurangnya akses informasi, fasilitas transportasi, dan kadang-kadang ketiadaan tempat pemungutan suara yang mudah dijangkau. Hal ini menyebabkan banyak pemilih tidak dapat menyalurkan hak politiknya secara maksimal.

Upaya Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Untuk meningkatkan partisipasi pemilih menjelang Pilkada serentak 2024, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, partai politik, lembaga pendidikan, dan masyarakat itu sendiri. Sekurang-kurangnya, penulis menawarkan empat upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan partisipasi pemilih menjelang 27 November 2024.

Pertama, edukasi politik yang efektif. Dengan edukasi yang menyeluruh dan terarah sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang demokrasi dan Pemilihan. Program-program pendidikan politik yang melibatkan generasi muda harus digalakkan, baik di sekolah, kampus, door to door maupun media sosial.

Menurut Suryanto, pendidikan politik yang efektif dapat meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi pemilih, terutama di kalangan pemilih pemula yang masih minim pemahaman tentang hak pilih mereka (Suryanto, 2020). Selain itu, untuk mengatasi apatisme terhadap politik, edukasi mengenai manfaat Pilkada dan pengaruh langsung dari Pemilihan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat harus terus dilakukan.

Penekanan pada pentingnya memilih pemimpin yang memiliki kredibilitas dan dapat membawa perubahan positif di daerah akan memberikan motivasi bagi pemilih untuk terlibat aktif dalam Pemilihan. Dan sekaligus pemilih menyadari perannya sebagai subjek terhadap pembangunan daerah.

Kedua, inovasi dalam pemungutan suara. Penggunaan teknologi dalam proses pemungutan suara dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala geografis dan administrasi. Pemanfaatan aplikasi daring untuk mempermudah pendaftaran pemilih atau pemungutan suara secara elektronik dapat mengurangi hambatan teknis seperti sulitnya mencapai TPS di daerah terpencil.

Beberapa negara telah mengimplementasikan sistem voting elektronik yang terbukti meningkatkan partisipasi pemilih (Komarudin, 2019). Di Indonesia, langkah ini perlu dibahas lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan keandalan sistem voting elektronik tetapi dengan pertimbangan yang serius mengingat rentannya kebocoran data dan serangan siber belakangan ini.

Selain itu, diperlukan penyederhanaan prosedur administrasi untuk pemilih yang ingin mencoblos di luar domisili atau yang terdaftar di daerah lain. Kemudahan dalam proses ini dapat meningkatkan partisipasi pemilih, terutama bagi mereka yang sedang merantau atau tinggal jauh dari tempat asalnya (kampung halaman).

Ketiga, kampanye yang transparan dan jujur. Partai politik dan calon kepala daerah harus melakukan kampanye yang jujur dan transparan. Kampanye yang berfokus pada visi dan misi yang jelas serta program-program yang nyata untuk memajukan daerah, akan membuat pemilih merasa lebih tertarik dan yakin untuk menggunakan hak pilih mereka.

Kampanye negatif atau politik uang justru akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi dan memperburuk rendahnya partisipasi pemilih. Penelitian yang dilakukan oleh Jamilah dan Sulaiman, menunjukkan bahwa kampanye yang berbasis pada program kerja yang jelas dapat meningkatkan partisipasi pemilih karena masyarakat merasa bahwa pilihan mereka dapat membawa perubahan nyata bagi kehidupannya (Jamilah & Sulaiman, 2020).

Dan terakhir, peningkatan aksesibilitas dan fasilitas. Meningkatkan fasilitas pemungutan suara adalah hal yang tidak kalah pentingnya. Pemerintah dan penyelenggara pemilihan harus memastikan bahwa setiap TPS dapat dijangkau oleh seluruh pemilih, termasuk di daerah-daerah terpencil.

Peningkatan aksesibilitas ini dapat berupa pembangunan infrastruktur yang memadai, pengadaan transportasi untuk pemilih yang kesulitan mencapai TPS, dan pengadaan fasilitas pemilih yang ramah bagi penyandang disabilitas, lansia, dan ibu hamil.

Selain itu, pemerintah dan penyelenggara pemilihan perlu memperbanyak informasi terkait Pilkada, baik melalui media konvensional maupun media sosial dan platform digital lainnya. Penyebaran informasi yang akurat akan memudahkan masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat dan merasa lebih percaya diri untuk terlibat dalam proses pemilihan.

Untuk itu, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pemilih dan upaya meningkatkan partisipasi pemilih menjelang Pilkada serentak 2024 diperlukan dukungan serta peran aktif semua pihak. Edukasi politik yang efektif, inovasi dalam sistem pemungutan suara, kampanye yang jujur dan transparan, serta peningkatan aksesibilitas dan fasilitas menjadi langkah-langkah yang dapat meningkatkan partisipasi pemilih.

Hanya dengan memastikan bahwa setiap individu merasa penting dan dihargai dalam proses demokrasi ini, kita mengharapkan partisipasi pemilih akan meningkat secara signifikan, meskipun jarak waktu antara Pemilu dan Pemilihan cukup dekat.

Oleh sebab itu, apakah kita akan melihat daerah kita mendapatkan berkah atau justru malapetaka pasca Pilkada serentak 2024? Itu semua tergantung pada keikutsertaan kita dalam proses Pemilihan. Dan komitmen kita terhadap kemajuan daerah dimana kita lahir dan dibesarkan.

Referensi

Jamilah, S., & Sulaiman, Z. (2020). Kampanye Pemilu dan Pengaruhnya terhadap Partisipasi Pemilih. Jurnal Politik dan Sosial, 10(4), 200-215.

Komarudin, E. (2019). E-Voting dalam Pemilu: Studi Kasus dan Potensi Implementasi di Indonesia. Jurnal Teknologi Informasi dan Politik, 5(1), 15-25.

Lestari, D. (2019). Pengaruh Kesadaran Politik Terhadap Partisipasi Pemilih dalam Pemilu di Indonesia. Jurrnal Politik Indonesia, 12(1), 45-58.

Purwanto, A. (2021). Politik Praktis dan Partisipasi Pemilih di Indonesia. Jurnal Demokrasi, 7(2), 123-135.

Suryanto, M. (2020). Edukasi Politik dan Pengaruhnya terhadap Partisipasi Pemilih Pemula. Jurnal Pendidikan Sosial, 8(3), 67-80.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun