Jakarta, ibu kota Indonesia, mengalami tingkat polusi udara yang tinggi. Dalam artikel ini, akan dibahas konsep inovatif green nanotechnology yang dapat digunakan untuk mengatasi polusi di kota ini. Dari pengenalan hingga tantangan dalam penerapannya, temukan semua informasi penting yang dapat membantu Jakarta menjadi lebih bersih dan berkelanjutan.
By Muhammad Rafi Wiransyah Putra
Mahasiswa Universitas Airlangga - Rekayasa Nanoteknologi
Beberapa waktu belakangan, Isu polusi udara semakin menyita perhatian warga Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sekitarnya. Kabut gelap pekat terlihat, dan data pun menempatkan Jakarta sebagai kota dengan polusi terburuk di dunia.
Berdasarkan data dari Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kualitas udara di Jakarta pada tahun 2023 masih berada dalam kategori tidak sehat. berikut adalah data polusi di Jakarta tahun 2023 berdasarkan penyebabnya:
Penyebab
Kendaraan bermotor
Industri
Pembangkit listrik
Perumahan
komersial
Presentase
67,04%
28,80%
5,70%
0,42%
0,02%
Data 1 : Presentase penyebab polusi di Jakarta
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa kendaraan bermotor adalah sumber polusi udara terbesar di Jakarta, dengan persentase sebesar 67,04%. Emisi kendaraan bermotor berupa gas buang, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida. Industri juga merupakan sumber polusi udara yang signifikan di Jakarta, dengan persentase sebesar 26,8%. Emisi industri berupa gas buang, debu, dan asap. Pembangkit listrik menyumbang 5,7% polusi udara di Jakarta, sedangkan perumahan dan komersial menyumbang 0,42% dan 0,02%.
- Pengenalan Green Nanotechnology dalam Penanggulangan Polusi di Jakarta
Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor adalah sumber polusi udara terbesar di Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor.
Green nanotechnology dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Green nanotechnology adalah konsep yang menggabungkan prinsip-prinsip nanotechnology dengan pendekatan berkelanjutan. Ini melibatkan penggunaan nanomaterials dan nanodevices untuk menciptakan solusi ramah lingkungan. Dalam penanggulangan polusi, green nanotechnology dapat digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya.
- Penerapan Teknologi Inovatif dalam Green Nanotechnology Dengan Green Syenthesis
Green nanotechnology-based solution adalah solusi berbasis nanoteknologi hijau yang menggunakan bahan baku nabati untuk mensintesis nanomaterial. Metode ini merupakan platform baru untuk mengembangkan nanomaterial yang tidak beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia, serta memiliki potensi yang luas untuk merevolusi proses berbasis nanoteknologi skala besar.
Sintesis nanomaterial berbasis nabati menggunakan bahan baku seperti ekstrak tumbuhan, minyak esensial, dan polisakarida. Bahan baku ini mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat bertindak sebagai agen reduktor, penstabil, dan pembentuk nanomaterial. Metode sintesis ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan baku nabati dengan larutan logam dan kemudian memanaskannya atau menambahkan reduktor.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan green nanotechnology-based solution dalam membersihkan udara:
- Nanoadsorbents berbasis tanaman seperti nano-zeolit dan nano-karbon
- Nanoadsorbents berbasis tanaman telah dikembangkan untuk menyerap polutan udara, seperti asap, debu, dan gas buang. Nanoadsorbents berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan nanoadsorbents konvensional, yaitu tidak beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia, lebih ramah lingkungan, dan lebih murah.
Katalis nano berbasis tanaman seperti nano-TiO2 dan nano-ZnO
- Katalis nano berbasis tanaman telah dikembangkan untuk mengurai polutan udara, seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan sulfur dioksida. Katalis nano berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan katalis nano konvensional, yaitu tidak beracun bagi lingkungan dan kesehatan manusia, lebih ramah lingkungan, dan lebih efisien.
Â
Nanopartikel logam berbasis tanaman seperti nano-emas dan nano-perak
Nanopartikel logam berbasis tanaman telah dikembangkan untuk mendeteksi polutan udara, seperti asap, debu, dan gas buang. Nanopartikel logam berbasis tanaman ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode deteksi konvensional, yaitu lebih sensitif dan lebih akurat.
- Tantangan dalam Penerapan Green Nanotechnology di Jakarta
Penerapan green nanotechnology di Jakarta masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Kesiapan Ekosistem: Diperlukan kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk menciptakan ekosistem yang mendukung penerapan green nanotechnology.
- Kesadaran dan Pendidikan: Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pendidikan tentang manfaat dan implikasi green nanotechnology dalam penanggulangan polusi.
- Ketersediaan bahan baku nabati: Bahan baku nabati merupakan salah satu komponen penting dalam green nanotechnology. Ketersediaan bahan baku nabati yang cukup dan berkelanjutan menjadi salah satu tantangan utama dalam penerapan green nanotechnology di Jakarta.
- Kemampuan produksi: Proses produksi green nanotechnology masih belum efisien dan efektif. Hal ini menyebabkan biaya produksi green nanotechnology masih relatif tinggi.
- Regulasi dan Standarisasi: Diperlukan regulasi yang jelas dan standarisasi untuk memastikan penggunaan green nanotechnology yang aman dan berkualitas di Jakarta.
Rekomendasi untuk Mengimplementasikan Green Nanotechnology di Jakarta
Untuk berhasil menerapkan green nanotechnology di Jakarta, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan industri. Pemerintah harus memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung pengembangan dan penerapan green nanotechnology. Industri harus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang ramah lingkungan, sementara lembaga riset harus terus menghasilkan pengetahuan baru dan berbagi temuan mereka dengan masyarakat sehingga bisa digunakan secara luas.
KesimpulanÂ
Kesimpulannya, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Nanoteknologi memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam remediasi polusi udara, tetapi keamanan nanomaterial harus dievaluasi dengan hati-hati.
ReferensiÂ
- Khan, S. H. (2020). Green Nanotechnology for the Environment and Sustainable Development.
- Mammadova, S., & Rostamnia, S. (2022). The Ecogeographical Impact of Air Pollution in the Azerbaijan Cities: Possible Plant/Synthetic-Based Nanomaterial Solutions. In Journal of Nanomaterials (Vol. 2022).
- Saleem, H., Zaidi, S. J., Ismail, A. F., & Goh, P. S. (2022). Advances of nanomaterials for air pollution remediation and their impacts on the environment. Chemosphere 278.