Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Raditya
Muhammad Rafi Raditya Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Menulis adalah salah satu hobi saya, dengan menulis saya bisa melatih kemampuan riset dan berpikir kritis. Dan dengan menulis saya juga bisa berkontribusi dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Gadis Desa Itu Membuat ku Terpesona

26 Juni 2024   20:22 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:22 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu saya berusaha untuk memberanikan diri untuk bertanya kepada nya dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu. "Permisi, maaf menganggu waktunya, kenalin nama saya Hafiz sebagai salah satu mahasiswa yang melaksanakan kkn di desa ini, boleh kah saya berkenalan dengan kamu dan menanyakan beberapa hal untuk keperluan laporan ini?". Si gadis itu langsung menyapa ku dengan ramah "Selamat siang kak, nama saya Yuni salah satu warga disini, boleh kak dengan senang hati, kalau boleh tahu kira-kira laporan yang kakak kerjakan itu tentang apa?", saya langsung menjelaskan dengan detail kalau laporan ini akan berfokus pada wabah demam berdarah dan tugas kami di sini juga membantu dalam edukasi ke masyarakat terkait pencegahan wabah tersebut. Mendengar hal itu Yuni si gadis desa langsung antusias untuk diwawancara oleh saya dan yang membuat saya terkejut adalah ketika dia mengundang saya ke rumah untuk bertemu orang tua nya, jadi saya bisa langsung mendapatkan tiga narasumber sekaligus.

 Setelah itu saya juga mendatangi beberapa rumah lainnya dan melakukan pengumpulan data serupa sebagaimana yang saya lakukan di rumah keluarga nya Yuni si gadis desa itu, dan selesai lah pengumpulan data oleh saya yang mana total ada sepuluh orang yang sudah saya wawancarai, saya memutuskan untuk menghubungi Farel dan Bagas, sayang nya karena sinyal di desa ini cukup buruk jadi saya kesulitan menghubungi mereka. Dan ketika saya melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang yang mana waktu dzuhur telah tiba. Saya pun memutuskan untuk pergi ke surau terdekat dengan harapan saya juga bisa menemui empat teman saya lainnya. Di sini saya belum terlalu paham dengan denah dan lokasi per tempat yang ada di desa maka dari itu saya hanya mengikuti warga yang menuju kesana dan tiba-tiba ada suara wanita yang memanggil ku, "Permisi, mau kemana kak?", saya langsung bilang "Eee mau ke surau tapi saya bingung letak nya dimana". Dia pun langsung menunjukkan arah, dan saya berjalan dengan nya menuju ke Surau itu untuk melaksanakan shalat dzuhur. "Kakak yang tadi mewawancarai aku sekeluarga kan, kak Hafiz", saya pun sontak kaget, "Oh kamu Yuni kah", gadis desa yang barusan saya wawancara?". Perasaan saya campur aduk karena dia mengingat wajah saya sedangkan saya tidak terlalu bisa mengenali wajah orang yang baru banget kenal.

Dan saya juga seakan-akan tidak percaya kalau bisa bertemu dengan gadis yang menawan ini, dan bukan hanya paras nya yang cantik tetapi juga tutur kata nya yang lembut membuat saya terpesona, singkat cerita setelah kami shalat dzuhur, kami pun menyempatkan diri untuk berbincang singkat sembari menunggu keempat teman saya datang. Barulah sekitar lima belas menit kemudian keempat teman saya datang dan mereka khawatir karena saya benar-benar berpisah dengan mereka. "Hafiz dari tadi lo kemana dah, udah kita cari-cari gak ketemu eh ternyata disini", dan si Rizki dengan polos nya nyeletuk ke saya "Wuihh cewek lo nih fiz? Hahaha, baru hari pertama udah dapet cewek cantik aja, keren emang temen gue satu ini". Si Yuni hanya tertawa kecil tapi saya langsung merasa sedikit malu, "Eh Rizki udah gausah bahas begituan, yuk kita makan siang dulu dan balik ke rumah buat menyusun laporan hari ini". Akhirnya kami pun makan siang dan istirahat agar besok nya lebih semangat dalam mengumpulkan data.

Besok nya diantara kelima orang, saya yang bangun terlebih dahulu. Ketika bangun memang betul suasana desa cukup dingin sehingga saya harus memakai hoodie untuk meminimalisir suhu dingin yang menusuk tulang, walaupun demikian saya tetap ingin menyusuri desa agar saya mengetahui area dan beberapa lokasi termasuk klinik tempat kami melaksanakan pengabdian masyarakat. Selang beberapa lama, saya menyusuri area perkebunan. Dan ketika saya melewati area tersebut, saya melihat Yuni sedang membantu ibu nya dalam menyiapkan sarapan untuk keluarga, jujur sebenarnya walaupun sudah cukup akrab, tetapi saya yang belum pernah mengalami pacaran ini tentu bingung harus bertindak apa, di satu sisi saya ingin sekali bisa mengenal diri nya lebih dalam, akan tetapi di sisi lain saya justru tidak mau menganggu kesibukan nya. Saya pun akhirnya mengambil keputusan kedua, yaitu langsung berjalan menuju arah lain dan tanpa saya sadari ternyata dia (Yuni) melihat saya berjalan menyusuri kebun, "Selamat pagi Kak Hafiz, mau pergi kemana?". Di situ saya langsung menoleh, "Eeh iya Yuni, selamat pagi, saya cuma ingin jalan-jalan menyusuri desa saja kok, tadi barusan melewati kebun dan ternyata dekat juga dengan rumah mu". Tanpa basa-basi dia mengajak saya untuk menyiapkan bahan sarapan, "Sini kak, bantu saya menyiapkan sarapan bersama orang tua", Di situ saya seakan-akan tidak percaya, ya ampun ini pertama kali nya ada perempuan yang dengan percaya diri meminta bantuan kepada saya, jujur ini pertama kali nya saya agak merasa senang dan jantung saya berdebar kencang. Ya tentu para jomblo akan merasakan hal yang serupa.

Dia benar-benar bisa mengingat saya dengan detail, ya sudah tanpa berlama-lama saya pun membantu dia sekeluarga untuk menyiapkan sarapan, kebetulan orang tua nya menyuruh saya untuk mencuci beras, berapa jam kemudian sarapan sudah jadi dan kami makan di rumah keluarga nya, ehh tapi saya baru sadar kalau teman-teman yang lain malah masih tidur hahaha. Untung nya nasi masih sisa banyak dan beberapa lauk pun juga demikian, jadi saya izin pamit dan akan membawa teman kesini, "Permisi bapak, ibu kalau tidak keberatan, mengingat menu sarapan nya masih ada sisa banyak. Boleh kah saya mengajak keempat teman saya kesini?". Mereka pun akhirnya kompak mengizinkan dan ya sudah saya kembali ke rumah dan seketika kami sampai waktu nya tepat karena mereka juga belum sarapan. Akhirnya mereka makan di rumah keluarga Yuni dan setelah nya berbincang santai sembari menanyakan beberapa hal terkait wabah demam berdarah yang belakangan ini melanda beberapa wilayah di sekitar desa.

Saya melihat mereka makan dengan lahap dan disini saya pasti tahu mereka akan lama berbicara dengan orang tua Yuni mengenai isu yang kami angkat dan pasti mereka juga ingin berpencar untuk melihat suasana pagi di desa. Lalu ketika saya melihat mereka makan, Yuni berkata kepada ku dari belakang "Kak, kebetulan hari ini kakak ada agenda apa untuk kkn nya?", saya langsung menjawab "Emm untuk pagi ini kebetulan kita mau jalan-jalan santai dulu aja sih karena jujur saya belum terlalu ngerti sama wilayah desa ini, kalau nggak keberatan, kamu mau nggak menemani saya untuk sekedar keliling di desa ini?". Dia yang mendengar saya menanyakan hal itu langsung senang dan mengajak saya jalan-jalan di sekitar desa. Sambil jalan menyusuri desa, saya pun mengambil kesempatan untuk banyak bertanya dengan nya, "Yuni, kamu sekarang sekolah atau sudah kuliah?", "Kebetulan saya masih sekolah sih kak dan sekarang kelas tiga, ada sekolah menengah atas di sekitar sini" (imbuhnya). Saya yang mendengar jawaban itu langsung takjub karena dia anak satu-satunya sama seperti saya dan menjadi tulang punggung keluarga. "Kita memiliki kesamaan yaitu sama-sama anak tunggal dan menjadi tulang punggung keluarga", "Serius kak?, wahh ternyata kita sama, ya pesan saya buat Kak Hafiz sih harus selalu ingat pesan orang tua dan jangan pernah meninggalkan ibadah" (balas Yuni), ketika dia membalas ucapan saya seperti itu langsung seketika ingat pesan ibu beberapa hari sebelum saya berangkat yang mana ibu juga memberikan nasihat yang sama kepada saya supaya tidak boleh meninggalkan ibadah agar nantinya urusan hidup kita dipermudah oleh Allah SWT.

Waktu demi waktu, di sela-sela kegiatan kkn kami, saya selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan Yuni bahkan ada satu momen yang sangat menarik dan tidak akan pernah saya lupakan, yaitu ketika dia mengajak saya ke tempat yang cukup jauh dari lingkungan desa yaitu bermain di sungai serta menangkap ikan untuk nantinya di olah menjadi hidangan yang lezat, "Kamu biasanya kalau menangkap ikan ini nantinya dimasak jadi apa?", "Biasanya sih ikan bakar ya kak", (imbuh dia). Saya kagum dengan nya, selain dia memiliki tutur kata yang baik, dia juga mandiri serta pantang menyerah, ya ini lah hal yang bisa saya ambil pelajaran dari diri nya. Selama di sungai, saya berusaha untuk memancing ikan dengan mengaitkan umpan di kail dan menunggu cukup lama karena sudah lebih dari sepuluh menit tidak ada satu pun ikan yang saya dapat. Yuni sebenarnya sadar kalau saya sudah bosan menunggu ikan untuk makan umpan, maka dari itu dia yang duduk di sebelah saya langsung bilang "Kak, coba ditarik dulu kail nya barangkali umpan nya jatuh atau sudah dimakan ikan", dan benar saja ketika saya tarik pancingan nya ternyata umpan nya sudah habis dimakan ikan kecil hahaha, duhh jadi malu apalagi si Yuni ketika mengetahui hal tersebut langsung tertawa kencang di samping saya. Tapi melihat dia tertawa karena saya itu merupakan satu momen yang berharga, saya merasa nyaman dengannya. "Ya sudah kak, coba taruh lagi umpan yang agak besar supaya bisa menempel lama di kail pancingan", dia memberi saya saran dan akhirnya setelah saya ikuti saran dari Yuni saya pun mendapat banyak ikan.

Kami pun langsung membawa ikan hasil tangkapan di sungai ke balai desa, dan pada malam itu di Balai Desa akan diadakan acara makan besar dan pertunjukan angklung yang akan dibawakan oleh anak sekolah dasar yang ada di desa ini, saya dan teman-teman juga ikut diundang oleh kepala desa untuk datang ke Balai, sesampai nya disana kami juga ikut membantu warga lokal untuk memasak dan menyiapkan acara, ketika sedang mempersiapkan makanan dan acara, Yuni menghampiri saya dan berkata "Kak, ayo bantu saya dan orang lainnya untuk membakar ikan ini" (imbuh nya sambil tersenyum). Saya pun dengan senang hati membantu nya dan banyak menghabiskan waktu untuk berbincang serta menyiapkan beberapa keperluan acara dan makan malam bersama. Waktu makan malam tiba dan kami semua makan dengan lahap, setelah itu tidak lupa kami menonton pertunjukan angklung, kebetulan Yuni mengajak saya untuk duduk bersama dan tidak lupa dia juga menjelaskan terkait alat musik angklung dan budaya desa ini, "Jadi acara makan malam bersama dan pentas angklung ini memang sudah menjadi tradisi kak dalam menyambut tamu yang datang dari luar", (Yuni menjelaskan). Dan dari penjelasan Yuni lah saya akhirnya sudah banyak mengetahui tentang desa tempat kami mengabdi. 

Akhirnya tiba lah di acara puncak yaitu pada tanggal 30 Mei, sehari sebelum kami kembali ke Jakarta. Acara tersebut yaitu program kami dalam sosialisasi pencegahan demam berdarah di mana setiap masyarakat nantinya akan bersama-sama membersihkan selokan dan membuang sampah botol dan kaleng berisi air serta menguras bak mandi dan penampungan air agar tidak ada jentik nyamuk, kami langsung berpartisipasi bersama masyarakat untuk melakukan kegiatan tersebut, dan disini lah saya melihat Yuni juga bekerja dengan tekun bersama warga demi mewujudkan desa tercinta nya supaya bebas dari wabah demam berdarah. Hal ini yang membuat saya terpesona untuk kesekian kali nya, setelah selesai acara saya pun akhirnya memberanikan diri untuk mengobrol dengan Yuni, "Yuni kebetulan ini hari terakhir saya di Desa ini, besok kami akan kembali ke Jakarta, kalau kamu nggak keberatan boleh kah saya meminta nomor mu supaya kita bisa saling kontak-kontakan kedepannya?", setelah nya Yuni memberikan jawaban yang membuat saya jadi sedih "Maaf kak kebetulan saya tidak punya handphone, jadi kita gabisa saling kontak-kontakan dan sejujur nya saya ingin sekali mengenal kakak lebih jauh, kakak orang nya perhatian dan ramah dengan saya". Mendengar hal itu saya hanya bisa mengiyakan saja dan berharap suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi.

Tiba lah tanggal 31 Mei dimana kami akan kembali ke Jakarta, sebelumnya kami sarapan untuk terakhir kali nya dengan warga desa dan tentu nya bersama Yuni sang gadis desa yang telah membuat saya terpesona itu, setelah nya kami langsung mandi dan berkemas untuk kembali ke bus untuk melanjutkan pulang ke Jakarta. Dan sebelum saya menaiki bus, Yuni juga langsung melambaikan tangan ke saya dan berkata "Wilujeng Kantun Kak Hafiz, Kade hati-hati di jalan (Selamat tinggal Kak Hafiz dan hati-hati di jalan)", saya bingung itu artinya apa, dan salah warga desa bilang ke saya, itu artinya selamat tinggal dan hati-hati di jalan. Mendengar kata itu saya langsung bilang ke Yuni "Hatur Nuhun Yuni". Bus kami pun meninggalkan lokasi tempat kkn dan langsung tancap gas ke Jakarta, dan selama di perjalanan saya nangis sedikit sembari berharap suatu saat saya bisa bertemu dengannya lagi. Keempat teman saya kompak berkata ke saya "Jangan nangis atuh bray, siapatau suatu saat dia yang ke Jakarta buat menyusuli mu, yakin aja dulu, dah semangat yuk. Biar gak sedih kita main game bareng lah", saya pun langsung senyum bahagia melihat mereka yang berusaha menyemangati saya, dan selama di perjalanan kami main game dan bercanda bersama sampai tidak terasa tiga jam telah berlalu, bus kami pun akhirnya sampai di Jakarta, waktu nya untuk menyusun laporan serta mempresentasikan nya di depan penguji untuk dua bulan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun