Mohon tunggu...
Muhammad Izzuddin Al Qossam
Muhammad Izzuddin Al Qossam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Mahasiswa S1 Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Udin - Hikmah Dibalik Pandemi Covid-19

3 Januari 2022   10:20 Diperbarui: 3 Januari 2022   10:28 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 15 maret 2020 Indonesia mengumumkan kasus pertama virus covid-19 telah menginfeksi masuk ke Indonesia. Hal tersebut membuat masyarakat ketakutan akan terinfeksi oleh virus, pemerintah pun langsung mengambil tindakan cepat dengan memberlakukan work from home atau bekerja dari rumah bagi pekerja, dan study at home atau belajar di rumah bagi pelajar. Langkah tersebut diambil untuk meminimalisir penyebaran virus covid-19 ini.

Pada suatu hari tepatnya di Kota Solo, Jawa Tengah hiduplah pemuda bernama Udin, Udin pada saat itu berusia 17 tahun dan sedang bersekolah di salah satu sekolah boarding di Kota Solo. Udin pun mendengar bahwa virus Covid-19 telah masuk ke Indonesia, Ia langsung bergegas mengikuti instruksi dari pemerintah, dan sekolahnya-pun membuat kebijakan belajar di rumah sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Mendengar hal itu Udin langsung pulang ke rumahnya yaitu di Kota Semarang, Jawa Tengah, jarak antara sekolah Udin dengan rumahnya di Semarang kurang lebih 2 jam perjalanan darat. Sebelum pulang Udin berbincang-bincang bersama 2 kawannya yaitu Zaky dan Farhan di pelataran wisma

Udin berkata menggunakan bahasa jawa “ Zaky, Farhan, kapan koe balik, nek aku saiki meh balik omah”

Farhan menjawab “ Kalau aku besok Din, lagi nyari tiket pesawat. Rumahku kan soalnya jauh di Pontianak”

Zaky menjawab “ Aku juga insyaallah besok Din, nunggu tiket pesawat juga sama kayak Farhan, tiket pesawat ke Batam untuk hari ini mahal Din, besok bisa lebih murah lagi”

Udin berkata “Ohh oke lah kalau begitu, aku tak mulih disik yoo, kalian berdua hati-hati. Assalamualaikum

Setelah Zaky dan Farhan menjawab salam dari Udin mereka bertiga pun berpisah dan lorong wisma menjadi hening. Setelah melakukan perjalanan dari Solo-Semarang yang memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan darat, Udin pun akhirnya tiba di rumahnya. Sesampainya di rumah Udin bertemu dengan ayah, ibu, dan adiknya, sementara itu kakaknya sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya.

Udin : Assalamualaikum Ayah, Ibu

Ayah dan ibu : Waalaikumsalam sudah sampai nak? Bagaimana perjalanannya tadi?

Udin : Alhamdulillah lancar Yah, Bu

Waktupun berlalu, setelah kurang lebih 1 bulan Udin menjalani study at home dan berkumpul dengan seluruh anggota keluarga, mulailah Udin merasakan kejenuhan karena Ia bosan tidak dapat bercengkrama lagi bersama teman-temannya. Yang dapat Udin lakukan hanya melakukan panggilan video grup ketika rindu dengan teman dan sahabat melanda, suatu saat Ia mengeluhkan hal itu kepada Ibunya.

Udin : Ibu, selama pandemi ini aku bosan sekali tidak dapat bertemu dengan teman-temanku

Ibu : Sabar Nak, kamu seharusnya bersyukur di keadaan pandemi seperti ini masih bisa hidup dengan enak. Ibu dan Ayah masih bekerja dengan lancar, banyak loh orang di luar sana yang kesulitan semenjak pandemi ini

Setelah percakapan antara Udin dan Ibu, Udin menyadari banyak hal. Udin menyadari bahwa selama ini dia dan keluarganya termasuk orang yang beruntung, beruntung ketika pandemi keluarga mereka masih dapat berkumpul bersama keluarga, tidur di tempat yang nyaman, makan makanan yang enak dan sebagainya. Sedangkan diluar sana masih banyak keluarga yang belum dapat berkumpul bersama, ada juga keluarga yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan ada yang masih berpikir besok bisa makan atau tidak.

Pada suatu malam Udin ingin makan martabak, lalu pergilah Ia ke tempat martabak dekat rumahnya. Percakapan Pun terjadi antara Udin dengan Penjual martabak.

Udin : Mas, jualannya bagaimana, ramai?

Mas martabak : Alhamdulillah mas, ramai ataupun sepi kami mah Alhamdulillah, semua pasti ada hikmahnya kok mas, yang penting kita tetap bersyukur masih diberikan rezeki oleh gusti Allah mass.

Mendengar jawaban dari penjual martabak Udin Pun tidak dapat berkata-kata, Ia lalu menanyakan kepada dirinya sendiri “Bagaimana mungkin orang seperti penjual martabak ini dengan segala keterbatasannya masih dapat bersyukur dengan rasa syukur yang sangat luar biasa. Sedangkan aku yang hidup dengan berkecukupan masih sulit untuk mengucapkan syukur”.

Semenjak saat itu Udin mulai menjalani harinya dengan penuh rasa syukur dan membuat tekad dalam dirinya bahwa Ia harus dapat memberikan kebermanfaatan di sekitarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun