Mohon tunggu...
Muhammad Prayudha
Muhammad Prayudha Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Wakil Komisaris Bidang Organisasi Komisariat GMNI UMSU 2019-2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah, Pendidikan Saat Ini Bervisi Kerakyata? Saya Katakan Tidak!

21 November 2020   13:46 Diperbarui: 21 November 2020   13:49 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Institusi pendidikan didesain agar berpikir dan bergerak secara swasta, dengan sebuah asumsi dasar swasta selalu lebih baik dari publik atau pemerintah. Universitas didorong menjadi entrepreneurial university sehingga PT (Perguruan Tinggi) berperilaku seperti PT (Perseroan Terbatas). Logika pasar benar-benar merebah-luas. Perguruan Tinggi pun sekarang mengejar kelasnya menjadi berkelas dunia (world class university) dari pada berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa sendiri, perguruan tinggi mengikuti arus globalisasi dengan mengacu pada standar-standar internasional yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan bangsa sendiri.

Tandingan Logika Pasar Institusi

Pendidikan menjadi sasaran pertama untuk melanjutkan perjuangan. Sebuah usaha untuk menunjukkan bahwa perjuangan rakyat hanya mampu dari kesadaran rakyat, didikan kerakyatan juga. Pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, peletak dipola kepala saya. Sebaiknya di Zaman yang penuh dengan Logika Pasar, dikepala saya meletak pola kritis untuk menandingkan institusi yang memakai logika pasar, yang tujuannya dari pemodal dan kembali ke pemodal.

“Akuilah dengan hati yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan sampai jadi peniru Barat. Melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat” – Tan Malaka

Didalam buku (Tan Malaka dengan judul Serikat Islam Semarang dan Onderwijs) Riatno menerangkan dalam essainya bahwa Tan Malaka beserta kawan-kawan menjadi pioneer dalam merebut Pendidikan Transformatif ini dengan jalan antikolonialisme, menjadi nalar kritis. Pedagogik transformatif/nalar kritis bentuk untuk mencari jalan hidup ditengah kemelaratan, kegelapan, serta kelaliman dan jiwa jiwa perbudakan.

Di zaman logika pasar Institusi sekarang ini, peserta didikannya dijadikan budak-budak dengan pencetakan sistem pendidikan yang mengadopsi. Mengapa demikian? Didalam dunia pendidikan kemodalan tiada yang mempunyai Nurani satu sama lain. Kalaulah pemuda-pemuda yang terpelajar haruslah berpikir bagaimana agar mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dan yang mengakar dapat mengubah kondisi institusi pendidikan yang telah memakai logika pasar, dengan nalar kritis pendidikan kebutuhan rakyat.

Merdeka !

Merdeka !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun