Institusi pendidikan didesain agar berpikir dan bergerak secara swasta, dengan sebuah asumsi dasar swasta selalu lebih baik dari publik atau pemerintah. Universitas didorong menjadi entrepreneurial university sehingga PT (Perguruan Tinggi) berperilaku seperti PT (Perseroan Terbatas). Logika pasar benar-benar merebah-luas. Perguruan Tinggi pun sekarang mengejar kelasnya menjadi berkelas dunia (world class university) dari pada berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa sendiri, perguruan tinggi mengikuti arus globalisasi dengan mengacu pada standar-standar internasional yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan bangsa sendiri.
Tandingan Logika Pasar Institusi
Pendidikan menjadi sasaran pertama untuk melanjutkan perjuangan. Sebuah usaha untuk menunjukkan bahwa perjuangan rakyat hanya mampu dari kesadaran rakyat, didikan kerakyatan juga. Pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, peletak dipola kepala saya. Sebaiknya di Zaman yang penuh dengan Logika Pasar, dikepala saya meletak pola kritis untuk menandingkan institusi yang memakai logika pasar, yang tujuannya dari pemodal dan kembali ke pemodal.
“Akuilah dengan hati yang putih bersih, bahwa kamu sanggup dan mesti belajar dari orang Barat. Tapi kamu jangan sampai jadi peniru Barat. Melainkan seorang murid dari Timur yang cerdas, suka memenuhi kemauan alam dan seterusnya dapat melebihi kepintaran guru-gurunya di Barat” – Tan Malaka
Didalam buku (Tan Malaka dengan judul Serikat Islam Semarang dan Onderwijs) Riatno menerangkan dalam essainya bahwa Tan Malaka beserta kawan-kawan menjadi pioneer dalam merebut Pendidikan Transformatif ini dengan jalan antikolonialisme, menjadi nalar kritis. Pedagogik transformatif/nalar kritis bentuk untuk mencari jalan hidup ditengah kemelaratan, kegelapan, serta kelaliman dan jiwa jiwa perbudakan.
Di zaman logika pasar Institusi sekarang ini, peserta didikannya dijadikan budak-budak dengan pencetakan sistem pendidikan yang mengadopsi. Mengapa demikian? Didalam dunia pendidikan kemodalan tiada yang mempunyai Nurani satu sama lain. Kalaulah pemuda-pemuda yang terpelajar haruslah berpikir bagaimana agar mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dan yang mengakar dapat mengubah kondisi institusi pendidikan yang telah memakai logika pasar, dengan nalar kritis pendidikan kebutuhan rakyat.
Merdeka !
Merdeka !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H