Berbagai Reaksi
Ditanda tanganinya perjanjian Abraham tentunya membuat berbagai kalangan terkejut, begitupun saya. Sebagai orang yang sangat mendukung atas kemerdekaan Palestina dan isu kemanusiaan tentunya ini juga menjadi hal yang mengecewakan bagi setiap orang bahkan mungkin masyarakat dunia yang mengetahui betapa tidak berkemanusiaannya Israel disaat terjadinya peperangan.
Kemudian adanya anggapan bahwa normalisasi hubungan tersebut mungkin saja dapat menciptakan kemajuan yang nyata dalam perundingan damai antara Israel-Palestina. Namun bagi saya normalisasi tersebut justru memunculkan kekhawatiran bahwa normalisasi UEA dengan Israel bisa mengalihkan fokus dari isu inti konflik, yaitu hak-hak rakyat Palestina dan penyelesaian status Jerusalem. Hal ini dapat mengurangi tekanan internasional pada Israel untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok konflik tersebut.
Selain itu menurut saya normalisasi tersebut malah akan memunculkan konflik-konflik baru dimana dapat menjadi ancaman bagi solidaritas regional dalam menangani isu-isu bersama di Timur Tengah. Kebijakan yang dilakukan dikhawatirkan akan menjadi sumber perpecahan antara negara timur tengah terutama negara yang sangat mendukung kemerdekaan Palestina.
Juga dengan bergabungnya UEA kepihak Israel menyebabkan pengurangan dukungan Arab atau negara timur tengah terhadap perjuangan Palestina. Langkah UEA menuju normalisasi dianggap melemahkan solidaritas Arab dan mengurangi tekanan internasional terhadap Israel untuk menyelesaikan konflik dengan Palestina.
Berpindah haluannya UEA dalam dukungan terhadap peperangan tersebut dapat saya katakan sebagai keuntungan pribadi, dimana UEA hanya memikirkan keamanan regional wilayahnya dimana salah satu keuntungan kerjasama tersebut ialah Israel dapat memperkuat kerjasama keamanan dan pertahanan dengan UEA, yang dapat meningkatkan keamanan negara tersebut dan membantu dalam mengatasi ancaman regional yang justru terlihat tidak inginikut campur dalam peperangan yang terjadi dan juga tidak ingin terkena dampak dari peperangan tersebut.
Walaupun ada pandangan yang menentang, Perjanjian Abraham telah memunculkan berbagai interpretasi dan kontroversi. Bagi sebagian kalangan, kesepakatan ini dianggap tidak memperhitungkan kepentingan rakyat Palestina dan menyebabkan pemecahan solidaritas regional dalam menangani isu konflik di Timur Tengah. Namun, tetap saja kebijakan luar negeri UEA juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menjadi alasan berubahnya keputusan UEA, termasuk kepentingan keamanan nasional, kebijakan ekonomi, dan hubungan internasional yang lebih luas.
Meskipun UEA tampaknya mengurangi dukungannya secara langsung terhadap Palestina, langkah ini tidak selalu berarti bahwa UEA mengabaikan isu-isu Palestina, namun, fokusnya telah berubah dan lebih terfokus pada kepentingan internal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H