Mohon tunggu...
Muhammad Padisha
Muhammad Padisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Apapun yang terjadi, tetaplah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Tirai Besi: Yoshie Shiratori dan Kecerdikannya Mengelabui Penjara-Penjara Paling Ketat di Jepang

2 Agustus 2024   09:00 Diperbarui: 3 September 2024   23:20 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan penjara Abashiri (www.breakingasia.com)

Bayangkan, bagaimana jika terdapat seorang kriminal jenius yang memiliki kecerdasan dan keterampilan khusus sehingga selalu dapat kabur dari penjara. Hal itulah yang dapat dilakukan oleh seorang legenda the king of escape dari Jepang.

Gambar dibawah adalah tampilan dari museum penjara Abashiri yang terletak di Hokkaido, Jepang. Pada gambar tersebut kita dapat melihat sebuah patung manusia yang sedang berusaha untuk kabur dari penjara.

Patung Yoshie Shiratori (www.tsunagujapan.com)
Patung Yoshie Shiratori (www.tsunagujapan.com)

Patung tersebut adalah ilustrasi dari legenda seorang tahanan di Jepang yang Bernama Yoshie Shiratori. Ia menjadi terkenal karena kepiawaiannya meloloskan diri dan berhasil kabur dari penjara sebanyak 4 kali dari 4 penjara yang berbeda. Mari simak kisahnya lebih lanjut.

Latar Belakang Yoshie Shiratori

Yoshie Shiratori lahir di Prefektur Aomori pada 31 Juli 1907. Pada mulanya ia hanyalah warga biasa pada umumnya. Sehari-hari ia menghabiskan waktunya untuk bekerja sebagai pelayan toko tahu dan nelayan penangkap kepiting.

Suatu hari, Yoshie mencoba membangun sebuah bisnis, namun bisnis yang ia jalankan berakhir dengan kegagalan. Kondisi ini juga diperparah dengan kegemarannya dalam berjudi, sehingga membuatnya terlilit utang.

Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama dengan rekan komplotannya seringkali mencuri rumah orang kaya. Meskipun sering mencuri, Yoshie dikenal sebagai seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab dan sayang dengan keluarga.

Pada tahun 1933, Yoshie ditangkap oleh polisi Jepang. Ia ditangkap setelah dicurigai sebagai dalang yang kerap melakukan pencurian. Selain itu, ia juga dituduh telah melakukan pembunuhan atas hal yang tidak dilakukannya. Akibatnya, ia dimasukkan ke penjara Aomori yang terkenal sangat ketat.

Pelarian Dari Penjara ke Penjara

Ilustrasi pada saat di penjara (X/Thehiddenonne)
Ilustrasi pada saat di penjara (X/Thehiddenonne)
Di penjara pertama, Yoshie mengalami perlakuan tidak adil dari sipir penjara. Seringkali ia mendapat perlakuan kasar yang tidak manusiawi. Menurutnya perlakuan tersebut tidak layak meskipun ia merupakan seorang pembunuh.

Pada tahun 1936, setelah tiga tahun mendekam di penjara, ia mulai merencanakan pelarian pertamanya. Yoshie menggunakan sehelai kawat untuk membuka kunci dari pintu besi, tempat para sipir biasa mengirimkan makanan. Dengan kemampuan tubuhnya yang elastis, ia dapat dengan mudah keluar dari pintu tersebut.

Selanjutnya Yoshie mengambil kunci borgol dan langsung kembali ke selnya. Ia memutuskan untuk menunggu dan memastikan keadaan selama 10 hari agar mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memuluskan pelariannya. Kemudian ia membuka pintu sel dan rumah tahanan, dan berhasil. Semua itu ia lakukan hanya dengan bermodalkan kawat. Luar biasa.

Tidak lama setelah pelarian tersebut Yoshie kembali tertangkap dan dijebloskan ke penjara Sendai. Berbeda dengan penjara sebelumnya, di penjara ini ia mendapat perlakuan yang baik, sehingga ia tidak melarikan diri.

Pada tahun 1942, Yoshie dipindahkan ke penjara Akita. Bisa dibilang penjara ini lebih kejam daripada penjara pertamanya di Aomori. Para sipir penjara mengetahui kalau ia pernah kabur dari penjara, maka dari itu mereka memasukkan Yoshie ke sebuah ruangan kecil yang terbuat dari logam dengan tinggi 3 meter dan dijaga 24 jam. Sel tersebut juga sangat dingin sehingga membuat Yoshie menderita karena dirinya yang tak kuat dengan suhu dingin.

Di penjara tersebut Yoshie diperlakukan dengan lebih biadab. Tangan dan kakinya diikat dengan borgol besi selama 24 jam, seringkali ia juga dikerjai oleh para sipir tanpa alasan yang jelas. Ia pun memutuskan untuk kabur kembali.

Kali ini membutuhkan waktu 6 bulan untuk merencanakan pelarian dari penjara tersebut. Ia merencakan strategi pelariannya dengan matang. Pada suatu malam para penjaga mengecek sel yang ditempati Yoshie. Betapa kagetnya mereka ketika mengetahui bahwa ia sudah kabur dari penjara tersebut.

Belakangan diketahui bahwa setiap malam ia selalu melepas borgolnya dengan kawat. Saat-saat tersebut ia gunakan untuk memanjat dinding sel dan mengendurkan besi-besi ventilasi di atasnya. Akhirnya pada tanggal 15 Juni 1942, saat terjadi badai di daerah tersebut, Yoshie menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.

Beberapa bulan setelahnya ternyata Yoshie tertangkap kembali. Kali ini ia dikhianati oleh polisi yang sempat memberinya bantuan pada saat di penjara Akita dahulu.

Penampakan penjara Abashiri (www.breakingasia.com)
Penampakan penjara Abashiri (www.breakingasia.com)

Di tahun 1943 Yoshie dijebloskan ke penjara Abashiri. Sebagai informasi, penjara Abashiri bukanlah penjara biasa, penjara ini dikhususkan kepada para penjahat kelas kakap. Selain itu, penjara ini juga terkenal sebagai penjara paling ketat seantero Jepang saat itu dengan udaranya yang super dingin.

Di Abashiri, Yoshie mengalami siksaan yang lebih berat daripada penjara-penjara sebelumnya. Di musim dingin, para sipir sengaja memborgol Yoshie di sel terbuka dengan pakaian biasa. Jatah porsi makanannya juga dibedakan dan dikurangi sampai setengah, bahkan ia harus mengenakan borgol kaki dari besi seberat 20 kilogram.

Selain itu ia juga ditempatkan di ruangan khusus yang dijuluki "sel anti Shiratori". Ruangan itu dibuat dengan menggunakan baja khusus yang memiliki ketahanan kuat terhadap karat. Borgol yang ia gunakan pun tidak memiliki lubang kunci dan hanya dapat dibuka oleh spesialis logam.

Lalu bagaimana cara ia melarikan diri? kali ini trik dan strategi yang digunakannya sangat mengagumkan, trik ini juga yang menjadikannya sebagai the king of escape dari Jepang.

Untuk kabur dari penjara Abashiri, Yoshie membutuhkan waktu 8 bulan. Selama kurun waktu tersebut ia menyiramkan sup miso dari jatah makanannya untuk melapukkan borgol dan besi ventilasi. Siapa sangka ternyata caranya berhasil. Setelah berbulan-bulan besi itu mengarat dan akhirnya lapuk.

Berhasil membebaskan diri dari borgol, ia kemudian menggunakan tubuhnya yang lentur untuk keluar dari ventilasi penjara yang sangat kecil, yang bahkan tidak mungkin bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.

Kemudian ia pergi ke daerah Hokkaido Utara. Cuaca dingin pada saat itu tidak memungkinkan para sipir penjara untuk mengejarnya. Pelarian tersebut bertahan selama 2 tahun.

Pada tahun 1947 ia kembali ditangkap oleh polisi Jepang. Penyebab jadi kejadian tersebut adalah akibat dari pertengkarannya dengan seorang pemiliki ladang. Secara tidak sengaja ia tertangkap basah pada saat memakan tomat di ladangnya, perkelahian pun tak terelakkan. Sayangnya orang tersebut mati akibat mengalami luka di perut.

Dengan beberapa riwayat kriminal yang ia lakukan, pengadilan Jepang akhirnya memvonis hukuman mati untuk Yoshie dan memasukannya ke penjara Sapporo.

Pemerintah memutuskan untuk memberikan penjagaan ekstra pada Yoshie dengan memperkuat keamanan, lebih kuat dari penjara sebelumnya Abashiri. Dia ditahan di sebuah ruangan khusus yang terbuat dari dinding anti karat dan memiliki ventilasi yang bahkan lebih kecil dari kepalanya.

Tak disangka, dengan trik hebatnya, lagi-lagi ia dapat lolos dari penjara. Selama di penjara ia selalu berakting depresi dan suka melihat atap-atap langit. Hal ini membuat penjaga berpikiran bahwa dirinya sedang mencari cara melarikan diri lewat atap, padahal itu hanyalah pengalih perhatian. Ide yang sangat brilian.

Diam-diam ia selalu menggali lubang di bawah tempat tidurnya. Setiap malam, ketika para penjaga lengah, ia menggali jalur bawah tanah dengan menggunakan mangkuk miso. Upaya yang dilakukannya berhasil, ia menjadikan jalur tersebut sebagai rute pelariannya, dan berhasil kabur tanpa diketahui.

Setelah melarikan diri selama setahun, Yoshie akhirnya menyerahkan diri. Kali ini berbeda, pengadilan ternyata mengganti hukuman matinya dengan penjara seumur hidup, ia pun ditempatkan di penjara Tokyo.

Selama disana ia diperlakukan dengan baik, sehingga tidak merasa perlu melarikan diri lagi. Akhirnya pada tahun 1961, Yoshie dibebaskan setelah menjalani hukuman selama 14 tahun. Ia kemudian meninggal pada tahun 1979 di usianya yang ke-72 tahun karena serangan jantung.

Terima kasih telah membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun