Di kaki gunung yang menjulang tinggi,Â
Cinta kami tumbuh di lereng yang sunyi.Â
Melangkah bersama, jejak demi jejak,Â
Menjadi satu dengan alam yang megah.
Batu dan lumut menjadi saksi bisu,Â
Ketika hati kami menyatu dalam sunyi.Â
Angin gunung membisikkan rahasia,Â
Cinta yang tumbuh bagai bunga di atas batu.
Puncak tertinggi adalah saksi cinta,Â
Di sana, kita bersatu dalam kemenangan.Â
Pemandangan indah menjadi saksi bisu,Â
Puisi cinta pendaki terukir dalam angin.
Langit malam dengan gemerlap bintang,Â
Menyaksikan cinta yang tak berujung.Â
Sepanjang rintangan, kita berdua melangkah,Â
Bersama, mengarungi badai dan senja.
Puncak gunung bukanlah akhir perjalanan,Â
Namun awal dari kisah cinta abadi.Â
Di setiap langkah, di setiap hembusan angin,Â
Cinta pendaki kita terukir dalam sejarah.
Dalam pelukan gunung, kita menemukan diri,Â
Cinta yang tumbuh di puncak keabadian.Â
Puisi cinta pendaki, ditulis oleh jejak,Â
Mengukir kisah cinta di puncak tertinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H